Senin, 16 Desember 2013

teori gestal dalam bimbingan kelompok



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendekatan Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan persepsi bahwa individu harus menmukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Tujuan dasar pendekatan ini adalah agar konseli mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri. Selanjutnya, pendekatan ini juga dianggap pendekatan yang hidup dan mempromosikan pengalaman langsung, bukan sekedar membicarakan permasalahan dalam konseling. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga experiental, dimana konseli meraskan apa yang mereka rasakan pikiran dan melakukan pada saat konseli berinteraksi dengan orang lain. (Corey, 1986, P.120, dalam Teori dan Teknik Konseling, 2011).

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan teori Gestalt ?
2.      Bagaimana yang dimaksud dengan teori Gestalt?
3.      Apa peran dan fungsi kelompok dalam teori Gestalt ?
4.      Bagaimanakah tahap-tahap dari teori Gestalt ?
5.      Bagaimana penerapan teori Gestalt untuk kelompok kerja di sekolah ?
6.      Bagaimana penerapan teori Gestalt dalam pendekatan psikoanalitik dengan populasi multikultural ?
7.      Bagaimana evaluasi pendekatan teori Gestalt dalam kelompok ?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan teori Gestalt
2.      Mengetahui yang dimaksud dengan teori Gestalt
3.      Mengetahui peran dan fungsi kelompok dalam teori Gestalt
4.      Mengetahui bagaimanakah tahap-tahap dari teori Gestalt
5.      Mengetahui penerapan teori Gestalt untuk kelompok kerja di sekolah
6.      Mengetahui penerapan teori Gestalt dalam pendekatan psikoanalitik dengan populasi multikultural
7.      Mengetahui evaluasi pendekatan teori Gestalt dalam kelompok

BAB II
KAJIAN TEORI
A.                Pengertian

Terapi Gestalt dikembangkan oleh Fritz Perls dan istrinya, Laura, di tahun 1940-an. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kita lebih  baik dipahami dalam hal lingkungan kita. (Tujuan dasar dari kelompok). Gestalt menyediakan konteks yang akan memungkinkan anggota untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang apa yang mereka alami dan bagaimana kualitas kontak mereka dengan orang lain. Pada kesadaran seseorang yang dialami secara bersama-sama hampir kesadaran seseorang untuk mengalami seperti itu, dipandang sebagai terapi dalam atau dari dirinya sendiri.
Eksistensial Terapi  Gestalt dalam hal itu didasarkan pada saat di sini dan sekarang dan memberikan keunggulan bagi dialog eksistensial. Kesadaran, pilihan, dan tanggung jawab yang pilar praktek. Terapi Gestalt memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan sebagai orang mengalaminya dan kapasitas manusia untuk pertumbuhan dan penyembuhan melalui kontak antar pribadi dan wawasan (Yontef, 1995). Pendekatan fenologi  dalam hal ini menekankan bagaimana kita melihat dunia, bagaimana kita berkontribusi menciptakan pengalaman kita, dan bagaimana kita mengatur dunia kita dan diri kita sendiri.
Terapi  Gestalt  ini juga merupakan pendekatan pengalaman, dan anggota kelompok dapat datang untuk mengatasi masalah dengan apa dan bagaimana mereka berpikir, merasa, dan melakukan saat mereka berinteraksidengan orang lain dalam kelompok. Anggota didorong dan dibimbing dalam bereksperimen dengan perilaku baru sebagai cara untuk meningkatkan pemahaman diri (Yontef, 1995).
Pandangan Gestalt adalah pengalaman lebih kuat daripada terapis interpretasi (Strumpfel & Goldman, 2002). Oleh karena itu, pendekatan kelompok TerapisGestalt pada dasarnya noninterpretive.  kelompok terapisGestalt tidak mencoba untuk menjelaskan kepada anggota mengapa mereka melakukan sesuatu, juga tidak terapis menafsirkan arti sebenarnya dari pengalaman anggota (Frew, 2008). Sebaliknya, Para pemimpin kelompok mendorong anggota untuk menemukan pemahaman tentang diri sendiri. Kelompok didorong untuk mencoba perilaku baru, untuk memberikan ekspresi dan dimensi tertentu dari kepribadian mereka yang tidak aktif, dan menguji alternatif modal perilaku untuk memperluas kemampuan mereka untuk menanggapi dunia. Menurut Zinker (1978), percobaan Gestalt yang berlabuh di pengalaman kehidupan para anggota ketika mereka menampilkan diri dalam situasi dan tumbuh dari konteks hidup dalam kelompok.
Salah satu kontribusi paling penting dari terapi Gestalt adalah penekanan padabelajar untuk menghargai dan sepenuhnya mengalami sekarang. Masa lalu telah pergi, danmasa depan belum tiba, sedangkan saat ini hidup dan menarik.Masa lalu adalah penting, tetapi hanya sejauh itu berhubungan dengan fungsi kita sekarang.Fokus Gestalt Terapi di sini dan sekarang meliputi masa laludan membantu uence infl masa depan (Melnick & Nevis, 2005).
Terapis Gestalt telahmengembangkan metodologi yang membantu individu menemukan dan bereksperimendengan kemungkinan-kemungkinan baru. Proses kelompok Gestalt memberikan banyak kesempatan bagimenggunakan berpusat hadir untuk meningkatkan kesadaran dan membawa perubahan,dan proses kelompok menawarkan kesempatan yang lebih besar untuk membangkitkan bisnis yang belum selesaipada anggota melalui interaksi mereka saat ini terpusat (Schoenberg &Feder, 2005).
B.        Konsep Dasar
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah meningkatkan kesadaran, yang oleh dan dari dirinya sendiri dipandang sebagai kuratif atau memproduksi pertumbuhan. Kesadaran membutuhkan pengetahuan diri, jawab atas pilihan, kontak dengan lingkungan, perendaman di saat pengalaman, penerimaan diri, dan kemampuan untuk melakukan kontak (Yontef & Jacobs, 2011). Dengan kesadaran, klien memiliki kapasitas untuk menemukan dalam diri mereka diperlukan untuk memecahkan masalah mereka dan untuk menemukan kondisi bahwa sumber daya akan membuat perubahan yang mungkin. Tanpa kesadaran, mereka tidak memiliki alat untuk perubahan kepribadian.
Gestalt Terapi bertujuan tidak pada analisis tetapi pada integrasi dimensi konflik dalam diri individu. Proses langkah-demi-langkah melibatkan "reowning" bagian dari diri yang telah tidak mengakui dan kemudian pemersatu ini berbeda bagian menjadi keseluruhan yang terintegrasi. Sebagai klien menjadi lebih sepenuhnya sadar, mereka bisa melanjutkan dengan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, membuat pilihan informasi, dan hidup bermakna eksistensi.
Sebuah Asumsi Dasar dari terapi Gestalt adalah bahwa individu dapat mengatur diri, terutama jika mereka sepenuhnya menyadari apa yang terjadi di dalam dan di sekitar mereka. Karena lingkungan di mana individu yang tertanam tidak pernah merespon terhadap kebutuhan mereka, penyesuaian kreatif terjadi, dan aspek individu hilang kesadaran. Terapi, individu atau kelompok, upaya untuk membangkitkan bagian kalah kemungkinan di saat kondisi lapangan. Tujuan dari kelompok Gestalt melibatkan perhatian yang sama untuk kedua proses dan konten. Seperti Frew (2008) katakan, "mencakup Gestalt terapi yin dan yang tidak terpisahkan Yang proses dan konten, tetapi terutama konseling proses berorientasi Pendekatan "(hal. 258).
C.        Beberapa Prinsip Teori Terapi Gestalt
Sejumlah prinsip-prinsip dasar yang mendasari teori terapi Gestalt. Holisme merupakan salah satu prinsip dasar dari terapi Gestalt (Latner, 1986) dan dinyatakan oleh diktum ini: Keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Kita hanya dapat dipahami sejauh yang kita memperhitungkan mempertimbangkan semua dimensi fungsi manusia. Karena terapis Gestalt tertarik pada orang secara keseluruhan, mereka menempatkan tidak ada nilai unggul pada tertentu aspek individu. Praktek Gestalt hadir untuk pikiran klien, perasaan, perilaku, tubuh, dan impian mereka menjadi figur atau pindah ke latar depan untuk klien (Frew, 2008). Penekanannya adalah pada aspek individu yang paling "figural" atau menonjol setiap saat dan integrasi, bagaimana bagian cocok bersama-sama, dan bagaimana individu membuat kontak dengan lingkungan.
Frew (1997) menjelaskan implikasi dari prinsip-prinsip pembentukan tokoh dan selfregulation organismic untuk kelompok terapi. Anggota mencoba untuk diri mengatur dalam konteks kelompok dengan memperhatikan apa yang menjadi figural waktu ke waktu. Sebuah metode utama terapis Gestalt digunakan dalam bekerja dengan anggota kelompok melibatkan mengarahkan kesadaran peserta terhadap "angka" yang muncul dari latar belakang selama sesi kelompok. Apa yang muncul untuk setiap anggota kelompok dikaitkan dengan apa yang menarik atau apa yang dia perlu dapat kembali rasa keseimbangan atau ukuran pertumbuhan pribadi. Itu terapis menggunakan proses pembentukan gambar sebagai panduan untuk fokus eksplorasi dan bekerja dalam kelompok.
B.                 Perubahan Kelompok pada Terapi Gestalt
Fritz Perls, salah satu pendiri terapi Gestalt, itu sangat antusias dalam mempromosikan gaya praktek terapi. Perls mengembangkan banyak konsep-konsep kunci terapi Gestalt, namun Perls tidak pernah mengaku akan melakukan terapi kelompok. Di 1950-an dan awal 1960-an, Perls mencurahkan banyak waktu untuk melakukan lokakarya untuk melatih para praktisi kesehatan mental dalam teori Gestalt dan teknik sebagai mereka diterapkan untuk terapi individu. Dia menekankan karya menggunakan gaya "kursi panas" dan berkecil hati setiap interaksi kelompok. Perls juga sering menggunakan  teknik "kursi kosong", yang berasal dari JL. Moreno (dalam Bab 8).
Miriam Polster (1997) menunjukkan bahwa pekerjaan Perls jelas berfokus pada interaksi antara dirinya dan klien yang mengajukan diri untuk bekerja di depan kelompok, tetapi tidak dalam kelompok. Perls  menambahkan bahwa dirinya  tidak terlalu tertarik atau mahir bekerja dengan kelompok, dan dia jarang disadari kelompok sebagai kehadiran dalam karyanya. Para penonton telah dilihat hampir seluruhnya sebagai latar belakang untuk pertemuan antara pemimpin dan peserta individu (Feder & Frew, 2008). Perlu menantang klien untuk melihat bagaimana mereka menghindari tanggung jawab atau menghindari perasaan, dan gaya terapi nya ditandai dengan sandiwara, abrasif konfrontasi, dan katarsis intens.
Yontef (1993) menunjukkan bahwa gaya flamboyan mungkin telah bertemu lebih dari kebutuhan sendiri Perls yang narsis dibandingkan kebutuhan kliennya. Yontef sangat penting dari anti-intelektual, individualistis, dramatis, dan perasaan yang ditandai terapi Gestalt dalam "Anything goes lingkungan" dari tahun 1960-an. Yontef (1999) mengklaim bahwa kontemporer bentuk praktek Gestalt sudah pindah dari keras dan dramatis gaya tahun 1960-an dan 1970-an untuk suatu pendekatan yang "menggabungkan berkelanjutan empatik penyelidikan dengan memfokuskan kesadaran tajam, jelas, dan relevan "(hal. 10).
Frew (2008) setuju bahwa terapi Gestalt telah berevolusi untuk lebih fokus pada perhatian terhadap kesadaran dan untuk kontak interpersonal. Perhatian meningkat juga telah diberikan kepada keluarga dan masyarakat, yang merupakan bagian integral dari individu hidup. Polster (2008) menulis tentang masyarakat hidup fokus, yang merupakan cara untuk mengambil Terapi dari pejabat ke kehidupan biasa dalam kelompok kecil.
C.                Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok
Walaupun para pemimpin Gestalt mendorong anggota untuk meningkatkan kesadaran merekadan hadir untuk gaya kontak mereka, para pemimpin tetap dapat mengambil peran aktifdalam menciptakan eksperimen untuk membantu para anggota memanfaatkan sumber daya mereka. Gestalt pemimpinfokus pada kesadaran, kontak, dan eksperimen. Terapismodel proses interaksi yang berguna dengan mengungkapkan kesadaran sendiridan pengalaman (Yontef & Jacobs, 2011).
Pemimpin secara aktif terlibat dengananggota kelompok dan dapat menggunakan pengungkapan diri sebagai cara untuk meningkatkan hubungandan menciptakan rasa kebersamaan dalam kelompok. Pemimpin dapat berbagi besarmenangani tentang diri mereka sendiri dengan tetap berpegang pada apa yang mereka alami pada saat itudalam kelompok, tanpa mengungkapkan banyak tentang diri mereka sendiri di luarkelompok. Ketika pemimpin berbagi reaksi pribadi mereka terhadap apa yang terjadi dikelompok, termasuk bagaimana mereka terpengaruh oleh apa yang mereka dengardan mengamati, hal ini bisa sangat membantu.
Pengungkapan masalah pribadiatau kehidupan di luar kelompok harus dilakukan dengan intensionalitas dan melayanikebutuhan kelompok. Terapis kelompok, berfungsi seperti seorang seniman, menciptakan percobaandengan klien untuk meningkatkan jangkauan mereka perilaku. Fungsi pemimpin adalahmenciptakan suasana dan struktur di mana kreativitas sendiri kelompok dancipta dapat muncul (Zinker, 1978). Misalnya, tema kesepianmungkin muncul dalam kelompok. Berikut tugas utama pemimpin adalah untuk mengatur iniTema oleh anggota menghubungkan satu sama lain dan cara menemukan untuk melibatkankelompok secara keseluruhan dalam mengeksplorasi kesepian.


           






BAB III
PENERAPAN

A.    Menerapkan TerapiGestalt untuk Kelompok Kerja di Sekolah

Gestalt Terapi didasarkan pada prinsip-prinsip eksistensial. Keaslian pemimpin kelompokdan kualitashubunganterapeutikantarapemimpin dananggota(dan di antara para anggota itu sendiri) diberikan  penekanann primer. Penekanan pada menciptakan hubungan terapeutik kualitas fitsbaik dengan apa yangdiperlukan untuk melakukan kelompok yang sukses dengan kedua anak-anak danremaja. Lebih daripara pemimpin kelompok teknik mempekerjakan, itu adalah pribadi dimensi bahwa para pemimpinyangmampu membawake grupyang meningkatkan keterlibatan orang-orang muda. Menurut Coker (2004), Gestalt konseling, meskipun umumnya tidak dipandang sebagai pendekatan berbasis sekolah untuk konseling, memiliki banyak perkembangan sesuaiteknik yang bekerja secara efektif dengan keduaanakdan remaja dalam konteks  singkat. Konseling Gestalt menawarkan sekolah konselor pendekatan berbasis teoritis yang kondusif untuk intervensi singkat yang dapat menyebabkan baik wawasan dan perubahan perilaku.
Teknikdari terapiGestaltmungkin terbatasdalam bekerjadengan beberaparemajakelompok, terutamadalam kasusanggota paksa. Sekolah menengahdansiswa SMAseringkali sangatsadar diri dantidakdapat mengambilramah untukapa yang mereka anggap sebagai teknik yang aneh. Cara dimana para pemimpinkelompokmemperkenalkanrole-playingintervensimemilikibanyakhubungannya denganmendaftarsemangatkoperasidi antaraanggota kelompok. Alih-alihremajahanyaberbicara tentangmasalah yang merekamiliki dalamhubungan mereka, merekamungkin akan terkejut jika interaksimembawacultiesantarpribadiuntuk hidupdengan menggunakanmetodeyang dianjurkandalam terapiGestalt.

B.     Menerapkan Pendekatan psikoanalitik dengan Populasi Multikultural
Ketika mempertimbangkan apakah sebuah teori yang diberikan sesuai untuk bekerja dengan beragam klien populasi dalam pengaturan kelompok, satu kriteria kunci adalah konsistensi antara konsep dan teknik teori dan nilai-nilai budaya anggota kelompok. Pertimbangkan seberapa baik asumsi yang mendasari dan konsep kunci mesh dengan nilai-nilai budaya dari kelompok klien yang beragam. Meskipun dasar konsep teori psikoanalitik dapat diterapkan untuk memahami orang  dari beragam budaya, terapis kelompok psychoanalytically berorientasi harus juga mempertimbangkan contoh-contoh ketika spesifik c psikoterapi teknik mungkin tidak fit dengan latar belakang budaya klien. Banyak kelompok budaya menempatkan prioritas tinggi pada riwayat keluarga. Sebuah tinjauan dari klien masa lalu dan bagaimana masa lalu ini adalah memiliki pengaruh penting pada saat. fungsi mungkin cocok sebagai kerangka konseptual. Bekerja di simbolik cara ini juga bisa menjadi kuat, terutama dengan klien yang enggan berbicara tentang masalah pribadi mereka. Misalnya, ada nilai dalam menggunakan gambar dari keluarga pada periode yang berbeda dari masa kanak-kanak klien. Pemimpin mungkin berkata: "Pilih gambar yang memiliki arti khusus untuk Anda. Katakan padaku apa Anda ingat masa-masa. Ketika Anda melihat gambar, apa pikiran dan perasaan datang kepada Anda "Setelah anggota kelompok mulai berbicara satu sama lain?tentang kenangan mereka berdasarkan foto-foto, mereka cenderung lebih terbukadalam berurusan dengan bahan emosional.
Sebagaimana telah kita lihat, terapis kelompok perlu menyadari satu cara di mana
interpretasi mereka membuat yang influenced oleh latar belakang budaya dan teoretis asumsi. Meskipun praktisi masih bisa mengonsep perjuangan klien mereka dari perspektif analisis, sangat penting bahwa mereka mengadopsi sikap eksibilitas. Konselor kelompok perlu latihan kewaspadaan agar mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan mengubah kelompok menjadi sebuah forum untuk mendorong klien untuk menyesuaikan dengan sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dominan dengan mengorbankan kehilangan pandangan dunia mereka sendiri dan identitas budaya. Praktisi kelompok juga perlu menyadari sumber mereka sendiri potensi bias. Konsep kontratransferensi dapat diperluas untuk mencakup bias yang tidak diakui dan prasangka yang dapat disampaikan secara tidak sengaja melalui teknik yang digunakan oleh kelompok terapis.

C.    Terapi Gestalt dalam Kelompok
Praktek Gestalt adalah menuju lebih menekankan pada hubungan klien-terapi bukan pada teknik bercerai dari konteks pertemuan ini. Dia percaya terapi  yang beroperasi dari orientasi ini menetapkan hadir berpusat dialog, tidak menghakimi yang memungkinkan klien untuk memperdalam kesadaran dan kontak  dengan orang lain. Para terapi percobaan mempekerjakan berevolusi keluar dari proses keterlibatan. Percobaan harus selalu bagian fenomenologis dari proses terapi. Percobaan yang kita mempertimbangkan kemudian dalam bab ini ditujukan untuk kesadaran, bukan pada solusi sederhana untuk klien masalah. Jika terapis menggunakan eksperimen ketika mereka frustrasi dengan klien dan ingin mengubah orang, mereka menyalahgunakan eksperimen dan mungkin akan menggagalkan daripada mendorong pertumbuhan klien dan perubahan (lihat Hycner & Jacobs, 1995).

D.  Tahapan Kelompok Gestalt
Salah satu cara konseptualisasi peran pemimpin kelompok Gestalt adalah untuk mempertimbangkan tahap perkembangan kelompok. Kepner (2008) menyajikan model peran yang berbeda dari pemimpin dalam bekerja dengan dimensi yang berbeda dalam proes kelompok. Proses kelompok Gestalt bertujuan untuk menciptakan kondisi untuk belajar tentang apa artinya menjadi anggota suatu kelompok. Kepner mencatat bahwa Gestalt terapi kelompok dapat menekankan salah satu dari tiga batas kontak: (1) yang intrapsikis atau intrapersonal (pikiran individu, sensasi, dan perasaan), (2) dengan interpersonal (interaksi antara dan di antara anggota kelompok), atau (3) tingkat kelompok (proses yang melibatkan seluruh kelompok). Kepner menekankan bahwa pemimpin berkomitmen untuk bekerjadengan baik individu dan kelompok untuk peningkatan keduanya, dia menjelaskan berbagai peran pemimpin dalam kelompok. Proses  terapi gestalt menggunakan tiga tahap model, dantaranya yaitu :
1.    Langkah Pertama
Pada tahap terlebih dulu (tahap awal) dari kelompok, karakteristik kunci identitas dan ketergantungan. Setiap anggota kelompok tergantung pada cara dia dirasakan dan ditanggapi oleh anggota lain dan pemimpin. Pemimpin, berfungsi sebagai terapis, membantu individu mengeksplorasi pertanyaan anggota memiliki tentang identitas mereka dalam kelompok. Kegiatan pemimpin diarahkan menyediakan iklim kepercayaan yang akan mendukung pengambilan risiko dan membuat koneksi antara individu. Setelah anggota menemukan apa yang mereka memiliki kesamaan satu sama lain, kelompok siap untuk bekerja pada diferensiasi.
2.    Langkah Kedua
Pada tahap kedua (yang mirip dengan tahap transisi) karakteristik kunci adalah Selama masa transisi,Kelompok bergulat dengan isu-isu uence infl, otoritas, dan kontrol. Tugas pemimpin adalah untuk bekerja untuk meningkatkan diferensiasi, divergensi, dan eksibilitas peran antara anggota. Pemimpin mengasumsikan peran fasilitator untuk membantu anggota bekerja melalui reaksi mereka memiliki terhadap apa yang terjadi di kelompok. Beberapa kegiatan fasilitatif termasuk mempertinggi kesadaran dari norma-norma yang beroperasi dalam kelompok, mendorong anggota untuk menantang norma dan secara terbuka mengungkapkan perbedaan dan ketidakpuasan, dan membedakan peran dari orang.
3.    Langkah Ketiga
Pada tahap ketiga (yang mirip dengan tahap kerja) keintiman dan saling ketergantungan adalah tema kunci. Pada tahap perkembangan kelompok, nyatakontak terjadi di dalam dan di antara anggota kelompok. Sekarang bahwa anggotatelah bekerja melalui isu-isu uence infl, kekuasaan, dan otoritas, merekasiap untuk tingkat yang lebih dalam pekerjaan, baik secara individu maupun dengan kelompok sebagai keseluruhan. Selama tahap ini tingkat tinggi kekompakan mendorong anggota mengambil risiko dengan terlibat dalam percobaan demi pembelajaran baru.
a.       Peran Percobaan
Teknik latihan atau prosedur yang sering digunakan untuk membawa tentang tindakan atau interaksi, kadang-kadang dengan yang ditentukan Hasil dalam pikiran. Umumnya, mereka tidak diciptakan pada saat seperti merupakan bagian integral dari proses klien atau lingkungan kelompok. Sebaliknya, Percobaan fenomenologis didasarkan, yaitu, mereka berevolusi dari apa yang terjadi di dalam anggota atau anggota pada saat ini, dan hasil tidak diketahui.
                                    Dalam percobaan kelompok Gestalt, anggota diundang untuk mencoba beberapa baru perilaku dan memperhatikan apa yang mereka alami. Percobaan tumbuh keluar dari hubungan terapeutik dan menyediakan konteks yang aman bagi anggota untuk meningkatkan kesadaran mereka dan mencoba cara-cara baru berpikir dan berperilaku. Tujuan percobaan adalah untuk membantu anggota dalam aktif eksplorasi diri (Melnick & Nevis, 2005).
Seorang pemimpin kelompok Gestalt berorientasi didorong untuk menjadi kreatif dalam merancang dan melaksanakan berbagai intervensi, selalu menggunakan sebagai pedoman kebutuhan peserta yang paling mendesak atau kepentingan. Hal ini juga berguna untuk membedakan antara latihan kelompok dan kelompok eksperimen. Pemimpin mempersiapkan latihan kelompok sebelum pertemuan kelompok. Anggota mungkin diminta untuk berpasangan dan berbicara, atau katalis dapat diperkenalkan ke kelompok untuk memberikan fokus yang spesifik untuk bekerja selama sesi. Sebaliknya, kelompok eksperimen adalah terjadi kreatif yang tumbuh dari pengalaman kelompok, karena itu tidak dapat ditentukan, dan hasilnya tidak dapat diprediksi (Zinker, 1978).
b.      Pembuatan Putaran
Membuat putaran bisa menjadi teknik yang berguna untuk membantu anggota kelompok mengenali ketakutan tersembunyi. Anggota ini didorong untuk pergi berkeliling ke masing-masing anggota kelompok dan mengatakan sesuatu yang dia biasanya tidak berkomunikasi verbal.
Contoh : Adriana khawatir tentang orang-orang yang membosankan dalam kelompok. Dia mungkin akan diminta untuk membuat putaran dan, untuk setiap orang, melengkapi kalimat, "Salah satu cara sayabisa membuat Anda bosan adalah dengan "atau", Anda akan bosan jika saya. "
c.       Pendekatan Fantasy
                                    Bereksperimen dengan keragaman situasi fantasi dalam kelompok dapat menyebabkan signifikan tidak bisa tumbuh. Fantasi dapat meningkatkan kesadaran pribadi dalam berbagai cara, sebagai daftar singkat berikut menunjukkan.Fantasi dapat digunakan ketika anggota terlalu mengancam untuk menangani masalah secara konkret. Sebagai contoh, anggota yang takut untuk bersikap tegas dapat membayangkan diri mereka dalam situasi di mana mereka tegas. Kemudian mereka dapat membandingkan apa yang mereka rasakan ketika mereka pasif dengan apa yang mereka rasakan ketika mereka dapat meminta apa yang mereka inginkan.
Fantasi pendekatan yang berguna dalam berurusan dengan harapan negatif, yang sering mengakibatkan rasa kelumpuhan. Anggota yang takut untuk mengungkapkan apa mereka berpikir dan merasa untuk seseorang yang mereka cintai dapat dipandu melalui fantasi Situasi di mana mereka mengatakan segala sesuatu yang ingin mereka katakan, tetapi takut untuk mengekspresikan.Fantasi adalah cara yang berguna dan aman untuk mengeksplorasi kekhawatiran anggota tentang melibatkan diri dalam kelompok. Sebagai contoh, anggota dapat diminta untuk membayangkan hal yang paling mereka takut terjadi dalam kelompok. Jika, misalnya, beberapa anggotatakut ditolak oleh kelompok, mereka dapat diarahkan untuk membayangkan bahwa setiap orang secara sistematis menolak mereka dan kemudian bekerja dengan perasaan terkait dengan fantasi ini.
d.      Rehearsal (Latihan)
Teknik ini dapat sangat berguna ketika jelas bahwa anggota melakukan banyak memblokir dan menyensor dan ketika apa yang mereka katakan tampaknya hati-hati diukur keluar untuk efek tertentu. Sekali lagi, menunjukkan teknik latihanharus diatur dengan baik, dan itu harus muncul dari situasi di manaanggota sedang berjuang dalam beberapa cara. Latihan tidak dirancang untuk membangkitkan emosi tetapi untuk membawa ke kesadaran yang lebih tajam sebuah proses yang biasanya dilakukan tanpa kesadaran.
Dalam kelompok Gestalt para peserta berbagi latihan mereka dengan satu sama lain untuk menjadi lebih sadar akan banyak persiapan mereka pergi melalui dalam melakukan peran sosial mereka. Dengan demikian, mereka menjadi lebih sadar tentang bagaimana mereka berusaha untukmenyenangkan orang lain, dari sejauh mana mereka ingin diterima dan disetujui, dan sejauh mana upaya mereka untuk menghindari orang lain mengasingkan. Dan kemudian mereka bisa memutuskan apakah ini permainan peran adalah sepadan dengan usaha.
e.       Mimpi Bekerja di Kelompok
Konsisten dengan semangat noninterpretive nya, pendekatan Gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk membawa mimpi kembali ke kehidupan, untuk menciptakan kembali, dan menghidupkan kembali itu seolah-olah itu terjadi sekarang. Jika Anda tertarik dalam presentasi rinci pendekatan Gestalt untuk pekerjaan impian, sumber yang baik adalah Coven (2004), Downing dan Marmorstein (1973), Perls (1969a), dan Polster Polster (1973), Air hujan (1979), dan Zinker (1978). Berikut ini adalah deskripsi singkat dari pendekatan ini.
Anggota kelompok tidak melaporkan mimpi mereka atau berbicara tentang mereka di masa lalu tegang. Sebaliknya, mereka diminta untuk menceritakan mimpi seolah-olah itu terjadi di hadir. Dreamers menjadi tenggelam dalam mimpi mereka dengan vitalitas lebih ketika mereka menceritakan mimpi seolah-olah mereka sedang terjadi sekarang. Anggota dapat diminta untuk mengidentifikasi dengan segmen mimpi dan menceritakan impian mereka dari perspektif subjektif. Pemimpin mungkin bertanya Fred untuk menggambarkan pengalamannya dalam kelompok karena ia berkaitan mimpinya dalam present tense.
Berikut adalah beberapa saran untuk pemimpin kelompok untuk membantu anggota mengeksplorasi impian mereka dalam kelompok:
1)      anggota dapat diminta untuk menghidupkan kembali mimpi seolah-olah sedang terjadi sekarang.
2)      Setelah pemimpi memiliki kesempatan untuk menceritakan mimpi di masa kini tegang, mereka dapat meminta salah satu dari pertanyaan-pertanyaan ini: "Apa yang kau mengalami sekarang "?" Bagaimana rasanya bagi Anda untuk menceritakan impian Anda? "Apa menarik minat Anda paling tentang mimpi? "
3)      anggota memilih unsur mimpi yang tampaknya paling seperti mereka dan bertanya, "Apa unsur mimpi memiliki energi yang paling?"
4)      Hal ini berguna untuk menanyakan apakah ada bagian merepotkan dari mimpi. Jika ada, penting untuk mengatasinya awal sehingga ada waktu untuk bekerja di atasnya.
5)      Anggota dapat didorong untuk "menjadi" bagian yang berbeda dari mimpi. Untuk Sebagai contoh, anggota menjadi semua orang dalam mimpi. Apakah salah satu dari mereka signifikan bisa orang? Mereka bisa "menjadi" obyek dalam mimpi, terutama objek yang link dan bergabung, seperti saluran telepon dan jalan raya. Mereka bisa mengidentifikasi setiap kekuatan yang kuat, seperti badai.
6)      Sebuah cara bagi anggota untuk menjadi bagian dari mimpi adalah bagi mereka untuk mengasumsikan identitas seseorang atau benda dengan memberikan suara dan kepribadian untuk ini mimpi elemen. Air hujan (1979) menunjukkan bahwa Anda memperhatikan bagaimana perasaan Anda ketika Anda bangun naik dari mimpi. Apakah Anda merasa takut, sukacita, kesedihan, frustrasi, kejutan, kemarahan?
E.     Evaluasi Pendekatan Gestaltke Grup
Perls awalnya dipahami terapi Gestalt terutama sebagai pendekatan individu,tetapi praktek terapi Gestalt telah berkembang dan diperluas keKelompok kerja selama bertahun-tahun. Feder dan s Frew (2006) data survei menunjukkan bahwaTerapis Gestalt sangat bergantung pada kerja kelompok hari ini, dengan yang paling populeraplikasi berada di kelompok psikoterapi, pelatihan, dan pengawasan.Dalam pembahasannya tentang karakteristik khas dari terapi Gestalt, Kain(2002) diidentifikasi ide-ide ini sebagai kontribusi yang paling signifikan dalam pendekatan ini:
1.      Pentingnya kritis kontak dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
2.      Peran sentral hubungan otentik dan dialog dalam terapi
3.      Penekanan pada fi eld teori, fenomenologi, dan kesadaran
4.      Fokus pada terapi ini; di sini-dan-sekarang mengalamiklien
5.      Penggunaan kreatif dan spontan eksperimen aktif sebagai jalur masuk keexperiential learning.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah meningkatkan kesadaran, yang oleh dan dari dirinya sendiri dipandang sebagai kuratif atau memproduksi pertumbuhan. Kesadaran membutuhkan pengetahuan diri, jawab atas pilihan, kontak dengan lingkungan, perendaman di saat pengalaman, penerimaan diri, dan kemampuan untuk melakukan kontak (Yontef & Jacobs, 2011). Dengan kesadaran, klien memiliki kapasitas untuk menemukan dalam diri mereka diperlukan untuk memecahkan masalah mereka dan untuk menemukan kondisi bahwa sumber daya akan membuat perubahan yang mungkin. Tanpa kesadaran, mereka tidak memiliki alat untuk perubahan kepribadian.
Sebuah asumsi dasar dari terapi Gestalt adalah bahwa individu dapat mengatur diri, terutama jika mereka sepenuhnya menyadari apa yang terjadi di dalam dan di sekitar mereka. Karena lingkungan di mana individu yang tertanam tidak pernah merespon terhadap kebutuhan mereka, penyesuaian kreatif terjadi, dan aspek individu hilang kesadaran. Terapi, individu atau kelompok, upaya untuk membangkitkan bagian kalah kemungkinan di saat kondisi lapangan.
Pemimpin secara aktif terlibat dengan anggota kelompok dan dapat menggunakan pengungkapan diri sebagai cara untuk meningkatkan hubungan dan menciptakan rasa kebersamaan dalam kelompok. Pemimpin dapat berbagi besar menangani tentang diri mereka sendiri dengan tetap berpegang pada apa yang mereka alami pada saat itu dalam kelompok, tanpa mengungkapkan banyak tentang diri mereka sendiri di luar kelompok. Ketika pemimpin berbagi reaksi pribadi mereka terhadap apa yang terjadi di kelompok, termasuk bagaimana mereka terpengaruh oleh apa yang mereka dengar dan mengamati, hal ini bisa sangat membantu. Pengungkapan masalah pribadi atau kehidupan di luar kelompok harus dilakukan dengan intensionalitas dan melayani kebutuhan kelompok.  Terapis kelompok, berfungsi seperti seorang seniman, menciptakan percobaan dengan klien untuk meningkatkan jangkauan mereka perilaku.




DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2012, 2008 Brooks/Cole, Cengage Learning, Teori & Practice of Group Counseling . USA.











teori karier Holand



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain, Bordin, Happock, Donald E Super, Anee Roe mereka telah memaparkan teori tentang pemilihan karier atau jabatan.
Namun, dari beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan pada beberapa teori pilihan pekerjaan yang dikemukakan tampaknya memiliki kekurangan-kekurangan. Dalam teorinya Donald E super menjelaskan bahwa dalam kematangan bekerja dan konsep diri (self concept) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan dan merupakan inti dari teori yang dikemukakan. Pada teori tersebut Donald E Super masih menjelaskan perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
Kemudian, pada teori yang dikembangkan oleh Bordin, Happock, dan Anne Roe masih juga terlihat kekuranganya yaitu pada teori mereka hanya dikembangkan secara sempit dan hanya menekankan salah satu aspek saja. Misalnya menekankan pada aspek pemusatan pada konsep diri (self concept centered), pemusatan kepada kebutuhan (need centered), atau berorientasi pada etiologi.
Dari beberapa tokoh yang mengembangkan teori pilihan jabatan diatas, muncul Jhon L Holland dengan teori yang mengajukan teori dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukan ilmu-ilmu yang ada. Menurutnya penting untuk membangun kecocokan antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu. Selain itu, menurutnya individu memproyeksikan pandangan mereka sendiri ke dunia kerja ke dalam pekerjaan mereka. Konsepsi Holland mengenai karir ini diawali dari pengalamanya dengan individu yang sedang membuat keputusan karir.  Banyak individu yang memandang dunia pekerjaan sebagai stereotipe pekerjaan. Dan menurut Holland, semakin sedikit pengetahuan individu tentang suatu pekerjaan khusus maka hasil stereotipe akan semakin terlihat.
Sebagai contoh kasus, di jaman sekarang banyak sekali terdapat pengagguran. Banyak lulusan lulusan SMA yang bingung akan melanjutkan ke perguruan tinggi mana, dan masuk jurusan apa. Banyak dari mereka yang hanya terpatok oleh jurusan yang mereka anggap keren. Padahal belum tentu mereka menguasai bidang tersebut ada juga yang merasa tidak percaya diri dengan jurusan yang mereka tuju. Selain itu, kasus-kasus pengangguran semakin meningkat, banyak sarjana-sarjana yang tidak bisa mengexsplor diri mereka yang akhirnya terjebak hanya menjadi seorang pegawai biasa. Banyak dari mereka yang tidak siap dengan kemajuan dunia kerja di jaman sekarang. Untuk itu, dalam paper ini kami akan menjelaskan teori pilihan jabatan yang dikembangkan oleh Jhon L Holland dalam pemilihan karir yang sesuai.

B.     Rumusan Masalah

1.                        Bagaimana munculnya teori Holland?
2.                        Bagaimana asumsi teori Holland?
3.                        Apa saja tipe kepribadian?
4.                        Bagaimana pandangan John Holland?









BAB II

PEMBAHASAN


A.    Sejarah Munculnya Teori Tipologi Karier Jhon Holland

Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karir atau jabatan.

Namun, dari beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan pada beberapa teori pilihan pekerjaan yang dikemukakan tampaknya memiliki kekurangan-kekurangan. Dalam teorinya, Donald E. Super menjelaskan bahwa dalam kematangan bekerja dan konsep diri (self-concept) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan dan merupakan tulang punggung teori yang dikemukakan. Pada teori tersebut Donald E. Super masih menjelaskan masalah perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
Kemudian, pada teori yang dikembangkan oleh Bordin, Happock, dan Anne Roe, masih juga terlihat kekurangannya yaitu pada teori mereka hanya dikembangkan secara sempit dan hanya menekankan salah satu aspek saja. Misalnya, menekankan pada aspek pemusatan pada konsep diri (self concept centered), pemusatan  kepada kebutuhan (need centered), atau berorientasi pada etiologi.
Dari beberapa tokoh yang mengembangkan teori pilihan jabatan diatas, muncul John L. Holland dengan teori yang mengajukan teori dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukan ilmu-ilmu yang ada. Untuk itu, dalam tulisan ini penulis akan lebih menjelaskan teori pilihan jabatan yang dikembangkan oleh John L. Holland.

B.     Asumsi

Menurut holland, sangatlah penting untuk membangun suatu
keterkaitan atau kecocokkan antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu. Dimana menurut pandangan  holland  bahwa pemilihan dan penyesuaian karir merupakan gambaran dari kepribadian seseorang.
Dimana konsep holland mengenai suatu perkembangan karir ini tumbuh dari pengalamannya dengan individu yang sedang membuat keputusan karir.
Ada 4 asumsi yang menjadi inti (jantung)dari teori holland yaitu:
1.             Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari 6 tipe yaitu:
     realistik, investigative, artistik, sosial, enterprissing , dan  konvensional.
2.             Ada 6 jenis lingkungan: realistik, investigative, artistik, sosial,
     enterprissing, dan konvensional.
3.                       Individu menyelidiki lingkungan-lingkungan yang memungkinkannya
melatih keterampilan-keterampilan.
4.                       Perilaku individu ditentukkan oleh interaksi antara kepribadiannya dengan
ciri lingkungannya.
Dan dari ke-6 asumsi  tersebut merupakan rangkuman dari 11
pokok pemikiran holland mengenai karir:
1.                Pemilihan vokasional merupakan penataan  kepribadian individu
2.                Inventori minat merupakan inventori kepribadian
3.    Stereotip vokasional mempunyai makna psikologis dan sosiologis yang penting dan dapat dipercaya.
4.    Individu dalam vokasional atau pekerjaan memiliki kepribadian yang serupa dan kesamaan sejarah perkembangan kepribadian.
5.    Individu dalam rumpun pekerjaan dan memiliki tipe kepribadian yang sama dalam merespon situasi dan masalah dengan cara yang serupa.
6.    Kepuasan, pemantapan dan hasil kerja tergantung atas kepribadian individu dengan lingkungannya tempat individu itu berada.
7.    Pengetahuan tentang kehidupan vokasional tidak disusun dan sering kali terpisah dari batang tubuh pengetahuan psikologi dan sosiologi.
8.    Dalam masyarakat kebanyakan individu dapat digolongkan kedalam salah satu dari 6 tipe dan setiap tipe merupakan hasil interaksi antara faktor keturunan, kebudayaan dan pribadi individu sekitar.
9.    Terdapat 6 jenis lingkungan, masing-masing dilakukan oleh salah satu tipe kepribadian tertentu.
10.  Individu mencari lingkungan dan vokasional yang dapat melaksanakan kemampuan dan keterampilannya.
11.  Perilaku individu diterangkan melalui pola interaksi kepribadian dengan lingkungannya.
12.  Enam karakteristik itu berupa realistik, investigative, sosial, konvensional, enterprissing, dan artistik.
13.  Enam karakteristik model lingkungan berupa realistik, investigative, sosial, konvensional, enterprissing, dan artistik.

C.    Tipe Kepribadian

Holland mengajukkan hipotesis bahwa pilihan karir itu merupakan suatu upaya pengembangan kepribadian dan mengimplentasikan gaya perilaku pribadi yang khas itu dalam konteks pilihan karir.
Holland percaya bahwa ketika individu menemukan karir yang
       cocok dengan kepribadiannya, maka ia akan menikmati dan bertahan lama
  dalam pekerjaannya tersebut.
Tipe-tipe kepribadian menurut holland antara lain:
a.       Tipe kepribadian Realistik
Lingkungan realistik ditandai oleh tugas-tugas konkret, fisik, dan eksplisit. Dimana kemampuan bekerja dengan menggunakan alat dianggap akan lebih penting dibandingkan kemampuan untuk      berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kepribadiannya orang realistik lebih suka bekerja dengan    menggunakan alat atau mesin dalam melakukan hobi dan  pekerjaannya.
Tingkah laku dari konseli ini lebih suka saran dan sugesti yang spesifik untuk menangani masalah karir dan solusi prakteknya.
b.      Tipe kepribadian Investigative
Lingkungan investigative ditandai dengan tugas-tugas yang
memerlukan kemampuan abstrak dan kreatif tidak tergantung, pada
pengamatan pribadinya.
Berdasarkan kepribadiannya orang-orang tipe kepribadian
investigative ini lebih menyukai teka-teki dan tantangan yang
membutuhkan pemikiran intelektual.
Konseli dengan kepribadian investigatif menyukai tantangan
berupa pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
c.       Tipe kepribadian Artistik
Lingkungan artistik ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-masalah yang memerlukan interprestasi atau bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa, perasaan, dan imajinasi.
            Seorang artistik suka mengekspresikkan dirinya dalam kebebasan yang
tidak sistematis yang mereka butuhkan, yaitu mengekspresikan kebebasan dan keterbukaan secara wajar.
Biasanya konseli yang memiliki kepribadian artistik menyukai  pendekatan konseling nonstruktural yang salah satunya dengan  menggunakan lembar kerja.
d.      Tipe kepribadian Sosial
Lingkungan dengan tipe kepribadian ini ditandai dengan tugas-tugas yang memerlukan kemampuan menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia dan minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kepribadian orang dengan tipe ini yaitu lebih suka dan tertarik pada hal yang berbau kemanusiaan, menolong sesama, atau menjadi pekerja sosial.
Tingkah laku konseli yaitu orang sosial mengekspresikkan idealisme ingin menolong, selalu cinta sesama.




e.       Tipe kepribadian Enterprissing
Lingkungan dengan tipe enterprissing ini ditandai dengan tugas-tugas yang mengutamakan kemampuan verbal yang dipergunakan untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang lain.
Tipe kepribadian yaitu memperoleh keuntungan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pengusaha.
Tingkah laku dari konseli yaitu sangat santun pada konselor dan ingin cepat mengakhiri pembicaraan.
f.       Tipe kepribadian Konvensional
Pengorganisasian dan perencanaan dapat menggambarkan lingkungan konvensional yang baik. Tipe kepribadiannya yaitu seorang yang menghargai uang, dapat diandalkan, dan memiliki kemampuan menjalankan aturan dan perintah (arahan).
Sikap konseli dengan kepribadian ini yaitu menganggap bahwa dirinya sebagai pengatur, namun diarahkan juga oleh orang lain.
Sehingga perpaduan dari tipe-tipe kepribadian tersebut antara lain: Sudah jelas bahwa dunia nyata  tidak ada lingkungan kerja yang hanya memakai satu tipe kepribadian saja. Dan berbagai kondisi lingkungan berbeda banyak hal. Mereka lebih didominasi satu sampai dua tipe kepribadian ketika mendengarkan sejarah karir dari kliennya, maka tipe kepribadian holland sangat membantu dalam memecahkan persoalan tersebut. 

D.    Pandangan John Holland

Dalam kata Pengantar pada karya tuliasannya yang terakhir, Making Vocational Choices: A Theory of Vocational Personalities and Work Environements (1985), John L. Holland mengatakan bahwa buku itu merupakan perumusan teorinya yang kelima sejak karya tulisannya yang pertama pada tahun 1959. Dia mengakui bahwa pandangannya berakar dalam Psikologi Diferensial, terutama penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan dalam tradisi Psikologi Kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian (typology). Dua sumber pengaruh ini mendorong Holland untuk mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlain-lainan, sebenarnya adalah orang yang kepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda-beda pula. Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih lanjut. Tiga tipe dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut:
a.       Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka dekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe realistic(The Realistik Type); Tipe peneliti/ pengusut (The Inveswtigative Type); Tipe seniman (The Artistic Type); Tipe social (The Social Type); Tipe pengusaha (The Enterprising Type); Tipe orang Rutin (Conventional Type). Tipe Kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal.
b.      Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu Lingkungan realistic (The Realistic Environment); Lingkungan peneliti dan pengusutan (The Investigative Environment); Lingkungan kesenian (The Artistic Environment); Lingkungan pengusaha (The Interprising Environment); Lingkungan pelayanan social (The Social Environment); Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (The Conventional Environment). Makin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu diantara enam model lingkungan, makin tampaklah didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c.       Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogenety), sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan (pairing) antara tipe-tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan, keberhasilan, dan stabilitas seseorang jabatan yang dipangku.
Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan jabatan adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain. Salah satu indikasi dari minat ialah kesukaan seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontradiksi. Holand sendiri mengembangkan beberapa tes yang dapat membantu orang untuk mengenal diri sendiri, seperti The Vocational Preference Inventory (1977), dan self-directed Search (1979).
Holland juga berefleksi tentang jaringan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dan antara model-model lingkungan, yang dituangkan dalam bagan  yang disebut Hexagonal Model. Model ini menggambarkan aneka jarak psikologis antara tipe-tipe kepribadian dan model-model lingkungan. Dalam bukunnya, Holland juga mendeskripsikan masing-masing tipe kepribadian dan masing-masing model lingkungan. Sebagai contoh disajikan deskripsi tipe realistik dan lingkungan realistik.
a.                   Tipe realistik. Bekal herediter  yang dimiliki dan konstelasi hidup dalam
berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, menghasilkan kecenderungan dan kesukaan untuk melibatkan diri dalam beraneka aktivitas yang menyangkut penanganan alat-alat, mesin, dan hewan yang berlangsung menurut prosedur tertentu. Kecenderungan dan kesukaan ini pada gilirannya menghasilkan beraneka macam keterampilan pekerjaan tangan serta sejumlah keterampilan yang teknis dan mekanis. Tipe ini memiliki disposisi memilih jabatan yang memungkinkan mengekspresikan minatnya yang khas dan memanfaatkan konstelasi keterampilan yang dimilikinya. Tipe ini cenderung menghindari kontak intensif dengan orang-orang lain dan cenderung mempunyai sifat khas.
b.    Lingkungan realistik. Lingkungan ini bercirikan perhatian besar terhadap variasi tuntutan dari lingkungan dan keterbukaan terhadap kesempatan yang menawarkan diri, sejauh berkaitan dengan penanganan alat-alat, mesin, dan berbagai jenis binatang. Kebanyakan orang yang bekerja dalam lingkungan itu tergolong tipe realistik dan bersama-sama menciptakan suasana khas, yang menghargai prestasi-prestasi di bidang teknik dan permesinan, kurang menekankan komunikasi antarpribadi serta menilai tinggi kekayaan dan kekuasaan.
     Sebagai bagian integral dari teorinya, Holland juga
mengembangkan suatu sistem Klasifikasi Jabatan (The Classification System) yang menggolongkan 500 jabatan (occupations) dalam enam kategori jabatan, yaitu:
1.              Realistic Occupations.
2.              Investigative Occupations.
3.              Artistic Occupation.s
4.              Social Occupations.
5.              Enterprising Occupations.
6.              Conventional Occupations.
Klasifikasi ini terdapat dalam The Occupations Finder (1978), yang juga mencantumkan nomor-nomor kode teori dari Dictionary of Occupational Titles dan tingkat pendidikan sekolah yang umumnya dituntut supaya mampu memegang jabatan tertentu (Appendix A). Sistem Klasifikasi Jabatan diterapkan dalam The Self directed Search, yang dirancang untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan menemukan bidang jabatan yang dianggap cocok baginya, paling sedikit untuk dipertimbangkan (Appendix B).
Teori Holland oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan jabatan sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang (life style), dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian. Namun, dalam teori ini kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menujukkan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Teori Holland terutama menyangkut pilihan bidang jabatan (occupational field). Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang jabatan tertentu (occupational level), Holland menunjukkan pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu. Pandangan Holland sangat relevan bagi bimbingan karir dan konseling karir di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan masa awal pendidikan tinggi. Tekanan yang diberikan pada pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai lingkungan-lingkungan jabatan, menyadarkan tenaga bimbingan akan tugasnya untuk membantu orang muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan; kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan jabatan secara matang.
 Alat-alat yang dikembangkan oleh Holland, yaitu  The Occupational Finder dan The Self directed Search, yang menayakan kegiatan/aktivitas yang disukai, berbagai kompetensi yang dimiliki, bidang-bidang pekerjaan yang diminati, dan evaluasi diri dalam beberapa keterampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi jabatan yang berlandaskan pada teori yang sama. Dengan demikian, orang muda dapat menemukan sejumlah alternative pilihan jabatan untuk dipertimbangkan lebih lanjut. Cara bekerja ini pada dasarnya menerapkan suatu pendekatan yang mirip dengan pendekatan Trait and Factor, namun maju lebih jauh dari pada teori Trait and Factor tradisional.

E.       Menghubungan Kepribadian dan Nilai Seorang Individu dengan Tempat Kerja

Tiga puluh tahun yang lalu, organisasi hanya mengkhawatirkan kepribadian karena fokus utama mereka adalah mencocokan individu dengan pekerjaan tertentu. Kekhawatiran itu masih ada. Namun selama tahun-tahun terakhir, perhatian ini telah berkembang hingga mencakup seberapa cocok kepribadian dan nilai individu tersebut dengan organisasi. Mengapa? Karena manajer pada zaman sekarang lebih tertarik dengan fleksibilitas seorang pelamar untuk memenuhi situasi-situasi yang berubah dan komitmen terhadap organisasi dibandingan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu.

F.        Kesesuaian Individu-Pekerjaan

Memadankan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadian merupakan pernyataan terbaik dalam teori kesesuaian kepribadian pekerjaan (personality-job fit theory) milik John Holland. Teori ini didasarkan pada pendapat tentang kesesuaian antara karakteristik kepribadian seorang individu dengan pekerjaan. Holland menghadirkan enam tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kepuasan dan kecenderungan untuk meninggalkan satu posisi bergantung pada tingkat sampai mana individu secara berhasil mencocokan kepribadian mereka dengan suatu pekerjaan. Setiap tipe dari enam tipe kepribadian memiliki pekerjaan yang sepadan.
Tipologi Kepribadian Holland dan Pekerjaan-pekerjaan yang Kongruen
Jenis
Karakteristik-karakteristik Kepribadian
Pekerjaan-pekerjaan yang Kongruen
Realistis: Lebih menyukai aktivitas fisik yang membutuhkan keterampilan, kekuatan dan koordinasi
Pemalu, sungguh-sungguh, gigih, stabil, mudah menyesuaikan diri, praktis
Mekanik, operator alat bor, pekerja perakitan, petani
Investigatif: Lebih menyu-kai aktivitas yang melibatkan proses berfikir, berorganisasi dan memaha-mi
Analitis, tidak dibuat-buat, ingin tahu, bebas
Ahli biologi, ahli ekonomi, ahli matematika, pembawa berita
Sosial: Lebih menyukai aktivitas sosial seperti membantu dan meng-
arahkan orang lain
Suka bergaul, ramah, kooperatif, pengertian
Pekerja sosial, guru, konselor, psikolog klinis
Konvensional: Lebih
menyukai aktivitas yang diatur oleh peraturan , rapi tidak ambigu
Patuh, efisien, praktis, tidak imajinatif, tidak fleksibel
Akuntan, mana-
ger perusahaan, kasir bank, juru tulis
Enterprising: Lebih
menyukai aktivitas verbal dimana terdapat banyak peluang untuk mem-pengaruhi orang lain dan memperoleh kekuasaan
Percaya diri, ambisius, energetik, mendominasi
Pengacara, humas, manager bisnis kecil

Artisitik: Lebih menyukai aktivitas ambigu dan tidak sistematis, memungkinkan ekspresi yang kreatif

Imajinatif, tidak suka bekerja dibawah aturan, idealistis, emosionalm tidak praktis

Pelukis, musisi, penulis, desainer interior

G.    Keunggulan & Kelemahan

Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005: 639).
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

BAB III

KESIMPULAN


Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karir atau jabatan.

Menurut holland, sangatlah penting untuk membangun suatu keterkaitan atau kecocokkan antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu. Dimana menurut pandangan  holland  bahwa pemilihan dan penyesuaian karir merupakan gambaran dari kepribadian seseorang.
Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih lanjut. Tiga tipe dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut:
a.       Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka dekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe realistic(The Realistik Type); Tipe peneliti/ pengusut (The Inveswtigative Type); Tipe seniman (The Artistic Type); Tipe social (The Social Type); Tipe pengusaha (The Enterprising Type); Tipe orang Rutin (Conventional Type). Tipe Kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal.
b.      Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu Lingkungan realistic (The Realistic Environment); Lingkungan peneliti dan pengusutan (The Investigative Environment); Lingkungan kesenian (The Artistic Environment); Lingkungan pengusaha (The Interprising Environment); Lingkungan pelayanan social (The Social Environment); Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (The Conventional Environment). Makin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu diantara enam model lingkungan, makin tampaklah didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c.       Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas.















DAFTAR PUSTAKA


P.Robbins Stephen & Timothy A.Judge, “Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)”,  Salemba Empat
Dewa Ketut Sukardi, Drs. 1994. “Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah”. Jakarta: Ghalia Indonesia
Winkel, W. S & Sri Hastuti. M.Si. 2006. “Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan”. Yogyakarta : Media Abadi
Suherman AS., Uman, “Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan”. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.