BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal munculnya
teori bimbingan dan konseling yang berawal dari
pelaksanaan vocational
guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis
vocational guidance dari beberapa
sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain, Bordin, Happock,
Donald E Super, Anee Roe mereka telah memaparkan teori tentang pemilihan karier
atau jabatan.
Namun, dari
beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan pada beberapa teori pilihan
pekerjaan yang dikemukakan tampaknya memiliki kekurangan-kekurangan. Dalam
teorinya Donald E super menjelaskan bahwa dalam kematangan bekerja dan konsep
diri (self concept) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan dan
merupakan inti dari teori yang dikemukakan. Pada teori tersebut Donald E Super
masih menjelaskan perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
Kemudian, pada
teori yang dikembangkan oleh Bordin, Happock, dan Anne Roe masih juga terlihat
kekuranganya yaitu pada teori mereka hanya dikembangkan secara sempit dan hanya
menekankan salah satu aspek saja. Misalnya menekankan pada aspek pemusatan pada
konsep diri (self concept centered), pemusatan kepada kebutuhan (need centered),
atau berorientasi pada etiologi.
Dari beberapa tokoh
yang mengembangkan teori pilihan jabatan diatas, muncul Jhon L Holland dengan
teori yang mengajukan teori dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan
memadukan ilmu-ilmu yang ada. Menurutnya penting untuk membangun kecocokan
antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu. Selain itu, menurutnya
individu memproyeksikan pandangan mereka sendiri ke dunia kerja ke dalam
pekerjaan mereka. Konsepsi Holland mengenai karir ini diawali dari pengalamanya
dengan individu yang sedang membuat keputusan karir. Banyak individu yang memandang dunia
pekerjaan sebagai stereotipe pekerjaan. Dan menurut Holland, semakin sedikit
pengetahuan individu tentang suatu pekerjaan khusus maka hasil stereotipe akan
semakin terlihat.
Sebagai contoh
kasus, di jaman sekarang banyak sekali terdapat pengagguran. Banyak lulusan
lulusan SMA yang bingung akan melanjutkan ke perguruan tinggi mana, dan masuk
jurusan apa. Banyak dari mereka yang hanya terpatok oleh jurusan yang mereka
anggap keren. Padahal belum tentu mereka menguasai bidang tersebut ada juga
yang merasa tidak percaya diri dengan jurusan yang mereka tuju. Selain itu,
kasus-kasus pengangguran semakin meningkat, banyak sarjana-sarjana yang tidak
bisa mengexsplor diri mereka yang akhirnya terjebak hanya menjadi seorang
pegawai biasa. Banyak dari mereka yang tidak siap dengan kemajuan dunia kerja
di jaman sekarang. Untuk itu, dalam paper ini kami akan menjelaskan teori
pilihan jabatan yang dikembangkan oleh Jhon L Holland dalam pemilihan karir
yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana munculnya teori Holland?
2.
Bagaimana asumsi teori Holland?
3.
Apa saja tipe kepribadian?
4.
Bagaimana pandangan John Holland?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Teori Tipologi Karier Jhon Holland
Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karir atau jabatan.
Namun, dari beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan
pada beberapa teori pilihan pekerjaan yang dikemukakan tampaknya memiliki
kekurangan-kekurangan. Dalam teorinya, Donald E. Super menjelaskan bahwa dalam
kematangan bekerja dan konsep diri (self-concept) merupakan dua proses
perkembangan yang berhubungan dan merupakan tulang punggung teori yang
dikemukakan. Pada teori tersebut Donald E. Super masih menjelaskan masalah
perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
Kemudian, pada teori yang dikembangkan oleh Bordin,
Happock, dan Anne Roe, masih juga terlihat kekurangannya yaitu pada teori
mereka hanya dikembangkan secara sempit dan hanya menekankan salah satu aspek
saja. Misalnya, menekankan pada aspek pemusatan pada konsep diri (self concept centered),
pemusatan kepada kebutuhan (need centered), atau berorientasi pada
etiologi.
Dari beberapa tokoh yang mengembangkan teori pilihan
jabatan diatas, muncul John L. Holland dengan teori yang mengajukan teori
dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukan ilmu-ilmu yang ada.
Untuk itu, dalam tulisan ini penulis akan lebih menjelaskan teori pilihan
jabatan yang dikembangkan oleh John L. Holland.
B. Asumsi
Menurut holland, sangatlah penting untuk membangun suatu
keterkaitan atau kecocokkan antara tipe kepribadian
individu dan pemilihan karir tertentu. Dimana menurut pandangan holland
bahwa pemilihan dan penyesuaian karir merupakan gambaran dari
kepribadian seseorang.
Dimana konsep
holland mengenai suatu perkembangan karir ini tumbuh dari pengalamannya dengan
individu yang sedang membuat keputusan karir.
Ada 4 asumsi yang
menjadi inti (jantung)dari teori holland yaitu:
1.
Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu
dari 6 tipe yaitu:
realistik, investigative,
artistik, sosial, enterprissing , dan konvensional.
2.
Ada 6 jenis lingkungan: realistik, investigative,
artistik, sosial,
enterprissing, dan
konvensional.
3.
Individu menyelidiki lingkungan-lingkungan yang
memungkinkannya
melatih keterampilan-keterampilan.
4.
Perilaku individu ditentukkan oleh interaksi antara
kepribadiannya dengan
ciri lingkungannya.
Dan dari ke-6
asumsi tersebut merupakan rangkuman dari
11
pokok pemikiran holland mengenai karir:
1.
Pemilihan vokasional merupakan penataan kepribadian individu
2.
Inventori minat merupakan inventori kepribadian
3. Stereotip
vokasional mempunyai makna psikologis dan sosiologis yang penting dan dapat
dipercaya.
4. Individu dalam
vokasional atau pekerjaan memiliki kepribadian yang serupa dan kesamaan sejarah
perkembangan kepribadian.
5. Individu dalam
rumpun pekerjaan dan memiliki tipe kepribadian yang sama dalam merespon situasi
dan masalah dengan cara yang serupa.
6.
Kepuasan, pemantapan dan hasil kerja tergantung atas
kepribadian individu dengan lingkungannya tempat individu itu berada.
7.
Pengetahuan tentang kehidupan vokasional tidak disusun
dan sering kali terpisah dari batang tubuh pengetahuan psikologi dan sosiologi.
8.
Dalam masyarakat kebanyakan individu dapat digolongkan
kedalam salah satu dari 6 tipe dan setiap tipe merupakan hasil interaksi antara
faktor keturunan, kebudayaan dan pribadi individu sekitar.
9.
Terdapat 6 jenis lingkungan, masing-masing dilakukan oleh
salah satu tipe kepribadian tertentu.
10. Individu mencari
lingkungan dan vokasional yang dapat melaksanakan kemampuan dan
keterampilannya.
11. Perilaku individu
diterangkan melalui pola interaksi kepribadian dengan lingkungannya.
12. Enam karakteristik
itu berupa realistik, investigative, sosial, konvensional, enterprissing, dan
artistik.
13. Enam karakteristik
model lingkungan berupa realistik, investigative, sosial, konvensional,
enterprissing, dan artistik.
C. Tipe Kepribadian
Holland mengajukkan hipotesis bahwa pilihan karir itu
merupakan suatu upaya pengembangan kepribadian dan mengimplentasikan gaya
perilaku pribadi yang khas itu dalam konteks pilihan karir.
Holland percaya bahwa ketika individu menemukan karir
yang
cocok dengan kepribadiannya, maka ia akan menikmati dan bertahan lama
dalam pekerjaannya tersebut.
Tipe-tipe
kepribadian menurut holland antara lain:
a.
Tipe kepribadian Realistik
Lingkungan realistik ditandai oleh tugas-tugas konkret, fisik,
dan eksplisit. Dimana kemampuan bekerja dengan menggunakan alat dianggap akan
lebih penting dibandingkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kepribadiannya orang realistik lebih suka bekerja
dengan menggunakan alat atau mesin
dalam melakukan hobi dan pekerjaannya.
Tingkah laku dari konseli ini lebih suka saran dan
sugesti yang spesifik untuk menangani masalah karir dan solusi prakteknya.
b.
Tipe kepribadian Investigative
Lingkungan investigative ditandai dengan tugas-tugas yang
memerlukan kemampuan abstrak dan kreatif tidak tergantung,
pada
pengamatan pribadinya.
Berdasarkan kepribadiannya orang-orang tipe kepribadian
investigative ini lebih menyukai teka-teki dan tantangan
yang
membutuhkan pemikiran intelektual.
Konseli dengan kepribadian investigatif menyukai tantangan
berupa pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
c.
Tipe kepribadian Artistik
Lingkungan artistik ditandai dengan tugas-tugas dan
masalah-masalah yang memerlukan interprestasi atau bentuk-bentuk artistik melalui cita
rasa, perasaan, dan imajinasi.
Seorang artistik suka mengekspresikkan dirinya dalam kebebasan
yang
tidak sistematis yang mereka butuhkan, yaitu
mengekspresikan kebebasan dan keterbukaan secara wajar.
Biasanya konseli yang memiliki kepribadian artistik menyukai
pendekatan konseling nonstruktural yang
salah satunya dengan menggunakan lembar
kerja.
d.
Tipe kepribadian Sosial
Lingkungan dengan tipe kepribadian ini ditandai dengan
tugas-tugas yang memerlukan kemampuan menginterprestasi dan mengubah perilaku
manusia dan minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kepribadian orang
dengan tipe ini yaitu lebih suka dan tertarik pada hal yang berbau kemanusiaan,
menolong sesama, atau menjadi pekerja sosial.
Tingkah laku konseli yaitu orang sosial mengekspresikkan
idealisme ingin menolong, selalu cinta sesama.
e.
Tipe kepribadian Enterprissing
Lingkungan dengan tipe enterprissing ini ditandai dengan
tugas-tugas yang mengutamakan kemampuan verbal yang dipergunakan untuk
mengarahkan atau mempengaruhi orang lain.
Tipe kepribadian yaitu memperoleh keuntungan merupakan
hal yang sangat penting bagi seorang pengusaha.
Tingkah laku dari konseli yaitu sangat santun pada
konselor dan ingin cepat mengakhiri pembicaraan.
f.
Tipe kepribadian Konvensional
Pengorganisasian dan perencanaan dapat menggambarkan
lingkungan konvensional yang baik. Tipe kepribadiannya yaitu seorang yang
menghargai uang, dapat diandalkan, dan memiliki kemampuan menjalankan aturan
dan perintah (arahan).
Sikap konseli dengan kepribadian ini yaitu menganggap
bahwa dirinya sebagai pengatur, namun diarahkan juga oleh orang lain.
Sehingga perpaduan dari tipe-tipe kepribadian tersebut
antara lain: Sudah jelas bahwa dunia nyata
tidak ada lingkungan kerja yang hanya memakai satu tipe kepribadian
saja. Dan berbagai kondisi lingkungan berbeda banyak hal. Mereka lebih
didominasi satu sampai dua tipe kepribadian ketika mendengarkan sejarah karir
dari kliennya, maka tipe kepribadian holland sangat membantu dalam memecahkan
persoalan tersebut.
D. Pandangan John Holland
Dalam kata
Pengantar pada karya tuliasannya yang terakhir, Making Vocational Choices: A Theory of Vocational Personalities and
Work Environements (1985), John L. Holland mengatakan bahwa buku itu
merupakan perumusan teorinya yang kelima sejak karya tulisannya yang pertama
pada tahun 1959. Dia mengakui bahwa pandangannya berakar dalam Psikologi
Diferensial, terutama penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan dalam
tradisi Psikologi Kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian (typology). Dua sumber pengaruh ini
mendorong Holland untuk mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang
berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlain-lainan, sebenarnya
adalah orang yang kepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang
berbeda-beda pula. Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang
masing-masing dijabarkan lebih lanjut. Tiga tipe dasar bersama rinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Orang-orang dapat
digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka dekati salah satu di
antara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe
realistic(The Realistik Type); Tipe peneliti/ pengusut (The Inveswtigative
Type); Tipe seniman (The Artistic Type); Tipe social (The Social Type); Tipe
pengusaha (The Enterprising Type); Tipe orang Rutin (Conventional Type). Tipe
Kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil
dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal.
b.
Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan
bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan
tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu Lingkungan
realistic (The Realistic Environment); Lingkungan peneliti dan pengusutan (The
Investigative Environment); Lingkungan kesenian (The Artistic Environment);
Lingkungan pengusaha (The Interprising Environment); Lingkungan pelayanan
social (The Social Environment); Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (The
Conventional Environment). Makin mirip lingkungan tertentu dengan salah
satu diantara enam model lingkungan, makin tampaklah didalamnya corak dan
suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c. Perpaduan antara
tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan
keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational
homogenety), sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam
lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan (pairing) antara tipe-tipe kepribadian
dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan,
keberhasilan, dan stabilitas seseorang jabatan yang dipangku.
Holland berpegang
pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan jabatan adalah
hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya,
sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa
ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti,
berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain. Salah satu indikasi
dari minat ialah kesukaan seseorang
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontradiksi. Holand sendiri mengembangkan
beberapa tes yang dapat membantu orang untuk mengenal diri sendiri, seperti The Vocational Preference Inventory (1977),
dan self-directed Search (1979).
Holland juga
berefleksi tentang jaringan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dan antara
model-model lingkungan, yang dituangkan dalam bagan yang disebut Hexagonal Model. Model ini menggambarkan aneka jarak psikologis
antara tipe-tipe kepribadian dan model-model lingkungan. Dalam bukunnya, Holland
juga mendeskripsikan masing-masing tipe kepribadian dan masing-masing model
lingkungan. Sebagai contoh disajikan deskripsi tipe realistik dan lingkungan
realistik.
a.
Tipe realistik. Bekal herediter yang dimiliki dan konstelasi hidup dalam
berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, menghasilkan
kecenderungan dan kesukaan untuk melibatkan diri dalam beraneka aktivitas yang
menyangkut penanganan alat-alat, mesin, dan hewan yang berlangsung menurut
prosedur tertentu. Kecenderungan dan kesukaan ini pada gilirannya menghasilkan
beraneka macam keterampilan pekerjaan tangan serta sejumlah keterampilan yang
teknis dan mekanis. Tipe ini memiliki disposisi memilih jabatan yang
memungkinkan mengekspresikan minatnya yang khas dan memanfaatkan konstelasi
keterampilan yang dimilikinya. Tipe ini cenderung menghindari kontak intensif
dengan orang-orang lain dan cenderung mempunyai sifat khas.
b.
Lingkungan realistik. Lingkungan ini bercirikan perhatian
besar terhadap variasi tuntutan dari lingkungan dan keterbukaan terhadap kesempatan
yang menawarkan diri, sejauh berkaitan dengan penanganan alat-alat, mesin, dan
berbagai jenis binatang. Kebanyakan orang yang bekerja dalam lingkungan itu
tergolong tipe realistik dan bersama-sama menciptakan suasana khas, yang
menghargai prestasi-prestasi di bidang teknik dan permesinan, kurang menekankan
komunikasi antarpribadi serta menilai tinggi kekayaan dan kekuasaan.
Sebagai bagian integral dari teorinya, Holland
juga
mengembangkan suatu sistem Klasifikasi Jabatan (The Classification System) yang menggolongkan 500 jabatan (occupations) dalam enam kategori
jabatan, yaitu:
2.
Investigative Occupations.
3.
Artistic Occupation.s
4.
Social Occupations.
5.
Enterprising Occupations.
6.
Conventional Occupations.
Klasifikasi ini
terdapat dalam The Occupations Finder (1978),
yang juga mencantumkan nomor-nomor kode teori dari Dictionary of Occupational Titles dan tingkat
pendidikan sekolah yang umumnya dituntut supaya mampu
memegang jabatan tertentu (Appendix A). Sistem Klasifikasi Jabatan diterapkan
dalam The Self directed
Search, yang dirancang
untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan menemukan bidang jabatan yang
dianggap cocok baginya, paling sedikit untuk dipertimbangkan (Appendix B).
Teori Holland oleh
banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif
karena meninjau pilihan jabatan sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup
seseorang (life style), dan sebagai
teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut
model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian. Namun, dalam teori ini
kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan
tidak menujukkan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta
akumulasi rentang umur. Teori Holland terutama menyangkut pilihan bidang jabatan (occupational field). Mengenai tahap
atau tingkat yang dapat dicapai
oleh seseorang dalam bidang jabatan tertentu (occupational level), Holland menunjukkan pada taraf inteligensi
yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu. Pandangan Holland sangat
relevan bagi bimbingan karir dan konseling karir di institusi pendidikan untuk
jenjang pendidikan menengah dan masa awal pendidikan tinggi. Tekanan yang
diberikan pada pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional
yang dimiliki seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai
lingkungan-lingkungan jabatan, menyadarkan tenaga bimbingan akan tugasnya untuk
membantu orang muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan;
kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan
jabatan secara matang.
Alat-alat yang dikembangkan oleh Holland,
yaitu The Occupational Finder dan The Self directed Search, yang menayakan kegiatan/aktivitas yang disukai, berbagai
kompetensi yang dimiliki, bidang-bidang pekerjaan yang diminati, dan evaluasi
diri dalam beberapa keterampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi
jabatan yang berlandaskan pada teori yang sama. Dengan demikian, orang muda
dapat menemukan sejumlah alternative pilihan jabatan untuk dipertimbangkan
lebih lanjut. Cara bekerja ini pada dasarnya menerapkan suatu pendekatan yang
mirip dengan pendekatan Trait and Factor,
namun maju lebih jauh dari pada teori Trait
and Factor tradisional.
E. Menghubungan Kepribadian dan Nilai Seorang Individu dengan Tempat Kerja
Tiga puluh tahun
yang lalu, organisasi hanya mengkhawatirkan kepribadian karena fokus utama
mereka adalah mencocokan individu dengan pekerjaan tertentu. Kekhawatiran itu
masih ada. Namun selama tahun-tahun terakhir, perhatian ini telah berkembang
hingga mencakup seberapa cocok kepribadian dan nilai individu tersebut dengan
organisasi. Mengapa? Karena manajer pada zaman sekarang lebih tertarik dengan fleksibilitas seorang pelamar untuk
memenuhi situasi-situasi yang berubah dan komitmen terhadap organisasi
dibandingan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
F. Kesesuaian Individu-Pekerjaan
Memadankan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadian merupakan
pernyataan terbaik dalam teori kesesuaian kepribadian pekerjaan (personality-job fit theory) milik John
Holland. Teori ini didasarkan pada pendapat tentang kesesuaian antara
karakteristik kepribadian seorang individu dengan pekerjaan. Holland
menghadirkan enam tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kepuasan dan
kecenderungan untuk meninggalkan satu posisi bergantung pada tingkat sampai
mana individu secara berhasil mencocokan kepribadian mereka dengan suatu
pekerjaan. Setiap tipe dari enam tipe kepribadian memiliki pekerjaan yang
sepadan.
Tipologi Kepribadian Holland dan Pekerjaan-pekerjaan
yang Kongruen
|
||
Jenis
|
Karakteristik-karakteristik Kepribadian
|
Pekerjaan-pekerjaan yang Kongruen
|
Realistis:
Lebih menyukai aktivitas fisik yang membutuhkan keterampilan, kekuatan dan
koordinasi
|
Pemalu,
sungguh-sungguh, gigih, stabil, mudah menyesuaikan diri, praktis
|
Mekanik, operator alat bor,
pekerja perakitan, petani
|
Investigatif:
Lebih menyu-kai aktivitas yang melibatkan proses berfikir, berorganisasi dan
memaha-mi
|
Analitis,
tidak dibuat-buat, ingin tahu, bebas
|
Ahli biologi, ahli ekonomi,
ahli matematika, pembawa berita
|
Sosial:
Lebih menyukai aktivitas sosial seperti membantu dan meng-
arahkan
orang lain
|
Suka
bergaul, ramah, kooperatif, pengertian
|
Pekerja sosial, guru,
konselor, psikolog klinis
|
Konvensional:
Lebih
menyukai
aktivitas yang diatur oleh peraturan , rapi tidak ambigu
|
Patuh,
efisien, praktis, tidak imajinatif, tidak fleksibel
|
Akuntan, mana-
ger perusahaan, kasir bank,
juru tulis
|
Enterprising:
Lebih
menyukai
aktivitas verbal dimana terdapat banyak peluang untuk mem-pengaruhi orang
lain dan memperoleh kekuasaan
|
Percaya
diri, ambisius, energetik, mendominasi
|
Pengacara, humas, manager
bisnis kecil
|
Artisitik:
Lebih menyukai aktivitas ambigu dan tidak sistematis, memungkinkan ekspresi
yang kreatif
|
Imajinatif,
tidak suka bekerja dibawah aturan, idealistis, emosionalm tidak praktis
|
Pelukis, musisi, penulis,
desainer interior
|
G. Keunggulan & Kelemahan
Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional
dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai
bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat
banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan
serta tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti,
2005: 639).
Kelemahan dalam teori ini
adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe
kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan
itu serta akumulasi rentang umur (Winkel &
Hastuti, 2005: 639). Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh
seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk
pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu,
namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam
hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel
& Hastuti, 2005: 639).
BAB III
KESIMPULAN
Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karir atau jabatan.
Menurut holland,
sangatlah penting untuk membangun suatu keterkaitan atau
kecocokkan antara tipe kepribadian individu dan pemilihan karir tertentu.
Dimana menurut pandangan holland
bahwa pemilihan dan penyesuaian karir merupakan gambaran dari
kepribadian seseorang.
Pandangan Holland
mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih lanjut. Tiga tipe
dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut:
a.
Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai
berapa jauh mereka dekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe realistic(The Realistik Type); Tipe
peneliti/ pengusut (The Inveswtigative Type); Tipe seniman (The Artistic Type);
Tipe social (The Social Type); Tipe pengusaha (The Enterprising Type); Tipe
orang Rutin (Conventional Type). Tipe Kepribadian adalah suatu tipe teoritis
atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
b.
Lingkungan-lingkungan, yang didalamnya orang hidup dan
bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan
tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu Lingkungan
realistic (The Realistic Environment); Lingkungan peneliti dan pengusutan (The
Investigative Environment); Lingkungan kesenian (The Artistic Environment);
Lingkungan pengusaha (The Interprising Environment); Lingkungan pelayanan
social (The Social Environment); Lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin (The
Conventional Environment). Makin mirip lingkungan tertentu dengan salah
satu diantara enam model lingkungan, makin tampaklah didalamnya corak dan
suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c.
Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model
lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), sehingga
orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa
puas.
DAFTAR PUSTAKA
P.Robbins Stephen & Timothy A.Judge,
“Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)”, Salemba Empat
Dewa Ketut Sukardi, Drs. 1994. “Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah”.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Winkel, W. S & Sri Hastuti. M.Si.
2006. “Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan”. Yogyakarta : Media
Abadi
Suherman AS., Uman, “Konseling Karir Sepanjang Rentang
Kehidupan”. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar