BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini kita hidup dalam dunia yang
kompleks, sibuk, dan terus berubah. Hal tersebut membuat beberapa masalah,
khususnya dalam dunia karir. Dalam dunia karir masalah-masalah yang muncul
banyak dialami oleh banyak orang, misalnya masalah dalam pemilihan
pekerjaannya, yang selayak sebagai pegangan untuk kehidupannya, belum adanya
suatu ketetapan pemilihan karir yang tepat, masalah bingung atas suatu
pekerjaannya. Hal tersebut membuat beberapa masalah yang dapat menggagu dalam
proses karirnya.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam dunia karir, salah satu di
antaranya adalah dengan memberikan berbagai lapangan pekerjaan yang secara
layak, serta memberikan suatu motivasi maupun arahan serta solusi
yang tepat untuk proses pemilihan karirnya nanti. Permasalahan-permasalahan
dalam dunia karir bahkan tiap orang berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan
solusi yang berbeda pula sehingga beberapa teori-teori tentang karir kini
bermunculan, dari berbagai aspek maupun lingkungan yang berbeda-beda pula.
Dalam melakukan suatu hal untuk proses pekerjaan
karir tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, maka dari itu muncul
istilah konselor, maupun orang yang ahli tentang suatu pekerjaan karir didalam
kehidupan ini. Konselor maupun para pakar lainnya memberikan solusi serta pemahaman teori-teori yang dapat
menunjang pada masalah-masalah yang diharapkan dapat membantu dalam dunia
karir, bagaimanapun orang membutuhkan sebuah pekerjaan yang selayaknya yang
bisa mencukupi dan mampu untuk kebutuhan hidupnya.
Tapi konselorpun harus mengerti mengenai
teori dalam karir ini, dimana karir menyangkut dengan berbagai aspek sosial, teori sosial kognitif menyatakan bahwa
faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam proses
pembelajaran, maka dalam hal ini peranan kepribadian seseorang sangat penting
dan membantu dalam proses karirnya, dimana aspek sosial berhubungan dengan
karir seseorang, hal ini agar konselor mampu untuk mengatasi masalah
dengan cara yang tepat yang sesuai dengan teori-teori maupun landasan dalam
kehidupan sosial.
Maka dalam makalah ini yang akan dibahas
adalah mengenai sosial teori kognitif karir Diharapkan dengan makalah ini, maka
pembaca akan mampu mengerti, memahami, dan mengaplikasikan apa yang ada dalam
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Karir Kognitif Sosial
Teori
karir kognitif sosial,pertama kali di publikasikan pada tahun 1994 dan telah
memberikan dampak yang besar mengenai permasalahan karir. Teori ini munculdari
penelitian awal Albert
Bandura dan penekanannya pada model triadik atau
harmoni mutual fundamental, yang menganggap bahwa atribut, lingkungan dan perilaku
yang tampak, saling bersinggungan dalam keterkaitan dua arah (Samuel T. Glading, 2012, pg 415)
Proposisi
dari SCCT yang paling utama adalah sebagai berikut :
1. Interaksi antara orang dalam lingkungannya sangatlah dinamis ( misalnya mereka saling mempengaruhi )
2. Perilaku yang berhubungan dengan karir
dipengaruhi oleh empat aspek dari seseorang : perilaku, efisiensi diri, hasil
yang diharapkan, dan
tujuan selain karakteristik yang ditemukan
secara genetik.
3. Keyakinan akan efisiensi diri dan hasil
yang diharapkan berinteraksi secara langsung
untuk mempengaruhi perkembangan minat.
4. Sebagai tambahan dari hasil yang
diharapkan , faktor-faktor seperti “ jenis kelamin, ras, kesehatan fisik, dan
variabel lingkungan mempengaruhi perkembangan efisiensi diri”.
5. Pilihan karir aktual dan penerapannya
dipengaruhi oleh sejumah variabel yang langsung dan tidak langsung selain efsiensi
diri, harapan, dan tujuan misalnya
diskriminasi, veriabel ekonomi, dan kesempatan yang terjadi. 6.
6. Semua sederajat, orang dengan tindak kemampuan
tinggi dan keyakinan efisiensi diri yang terkuat mempunyai performa yang juga
sangat tinggi (Samuel T. Glading, 2012, pg 415)
Salah
satu asumsi penting lainnya dari SCCT adalah bahwa “efisiensi diri dan minat
saling berhubungan” dan minat dapat dikembangkan dan diperkuat dengan
menggunakan pemodelan, dukungan, dan yang paling kuat, dengan memperkuat
performa. Oleh karena itu, kelompok-kelompok klien seperti wanita(minoritas)
yang mempunyai sedikit kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktifitas tertentu
karena diskriminasi jenis kelamin, dapat mengambil keuntungan dari penerapan
teori Brown.
Teori
karir kognitif sosial dapat digunakan pada sejumlah lingkungan. Sebagai contoh,
dapat digunakan kepada remaja pedesaan guna membantu mereka mengembangkan,
mengubah dan mengejar karir yang diminatinya
(Samuel T. Glading, 2012, pg 416).
Teori ini juga dapat digunakan sebagai siswa Unversitas generasi pertama yang
membutuhkan informasi yang akan digunakan melawan kepercayaan tidak benar yang
mereka punyai .Secara
keseluruhan interfensi berdasarakan SCCT adalah membahas baik variabel
intraindividual maupun kontekstual dalam perkembangan karir.
(Krumboltz dan Samuel T. Glading , 2012) telah
merumuskan suatu pendekatan pengembangan karir yang sama lengkapnya tetapi
kurang mengarah ke kognitif-sosial. Dia menyatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi pilihan karir seseorang :
a) Keturunan genetik
b) Kondisi dan peristiwa yang terjadi di
lingkungan
c) Pengalaman belajar
d) Kemampuan
pendekatan tugas ( misalnya nilai-nilai, kebiasaan kerja )
Merurut
Krumboltz, keputusan karir dikendalikan oleh proses internal, dan eksternal. Ada
pembelajaran berkelanjutan yang menghasilkan apa yang disebut Krumboltz :
a. Generalisasi observasi diri, sebagai
pernyataan diri yang
terbuka maupun tertutup terhadap evaluasi yang mungkin benar atau mungkin tidak
benar.
b. Keahlian
pendekatan tugas, upaya seseorang untuk memproyeksikan generalisasi pernyataan
dirimereka ke-masa depan dengan tujuan untuk memprediksi peristiwa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
c. Tindakan, penerapan dari perilaku,
seperti melamar pekerjaan.
Secara
keseluruhan, kekuatan teori Kumboltz adalah bahwa teori tersebut memandang
orang sebagai individu yang memiliki kemampuan, untuk mengendalikan peristiwa - peristiwa
yang mereka anggap memberikan kekuatan tambahan. Sementara dunia dan manusia berubah,
orang dapat belajar memanfaatkan kesempatan pembelajaran yang ada dan membuat keputusan
karir dengan tepat. Kesimpulannya
adalah, menjelaskan pendekatan dinamik terhadap konseling karir yang dapat
diterapkan pada pria maupun wanita, seperti halnya pada rasdan etnis minoritas
yang mempunyai perspektif individual.
2.2 Teori Belajar Sosial
Pendekatan
Belajar Sosial Terhadap Teori Perkembangan
Karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory) menekankan pada
pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir. Pembuatan
keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses pembelajaran
sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan (significant other).
Dalam mengambil
keputusan individu dapat mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada
disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan individu,
maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi sebuah perilaku.
Kombinasi antara hereditas, lingkungan, sejarah, atau pengalaman belajar dan
pendekatan keterampilan atau keahlian adalah hal yang patut diperhatikan dalam
pembuatan keputusan karir.
Bandura,
Hackett, dan Bitz (Osipow, 1983) berpendapat bahwa keputusan yang tepat tentang
kemampuan diri sendiri biasanya diperoleh melalui perbandingan gambaran kemampuan yang satu dengan kemampuan
yang lain. Okiishi (1987) berasumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yang
berarti (significant other) terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan
karir. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan (pembelajaran sosial) dalam pengambilan
keputusan karir individu (
Uman Suherman, 2007)
Teori
belajar merupakan upaya luar biasa John Krumboltz dan C. Nichols (1990) dan
rekan – rekannya untuk mengadaptasikan teori Behavioral Bandura (1977) untuk
pengambilan keputusan karir. Pada tahun 1996, Mitchell dan Krumboltz
menambahkan pendekatan awal teori belajar sosial tersebut hingga mencakup nasihat kalau
seluruh teori dirujuk sebagai teori belajar konseling karir (LTCC). Teori ini
menyatakan kalau empat kategori faktor berpengaruh bagi pengembangan karir dan
pengambilan keputusan individu. Faktor – faktor ini mencakup sebagai berikut :
1. Bawaan genetik dan bakat istimewa.
2. Kondisi lingkungan dan kejadian.
3. Pengalaman belajar.
4. Keterampilan pendekatan tugas.
Menurut
Mitchell dan Krumboltz (Manrihu, 1985; Sharf, 1992) ada empat kategori
faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karir, yaitu:
1. Bawaan genetik dan kemampuan - kemampuan
khusus
2. Kondisi - kondisi dan peristiwa - peristiwa
lingkungan
3. Pengalaman - pengalaman belajar
4. Keterampilan - keterampilan dalam
menghadapi tugas
Menurut
Krumboltz dan Baker (Munadir, 1996: 101)
kemampuan - kemampuan yang penting dalam pengambilan
keputusan karir, adalah sebagai berikut:
1. Mengenai
situasi keputusan yang penting;
2. Menentukan keputusan apa atau tugas yang
dikelola dan yang realitas;
3. Memeriksa dan menilai secara cermat dan
generalisasi observasi diri dan generalisasi pandangan atas dunia;
4. Menyusun alternatif-alternatif yang luas dan beragam;
5. Mengumpulkan informasi yang diperlukan
tentang alternatif-alternatif itu;
6. Menentukan sumber informasi yang handal,
cermat dan relevan; dan
7. Merencanakan dan melaksanakan urutan
langkah-langkah pengambilan keputusan (Gibson Robert L, 2011).
Ada
tiga prosedur / teknik perlaku konselor yang di ambil dari pendekatan belajar
sosial terhadap teori perkembangan karir (Social Learning Approaches To Career
Development Theory) dalam proses konseling karir (Crites,1986) yaitu :
a) Penguatan reinforcement , dalam teknik ini konselor membantu klien dalam hal
penyelesaian tujuan dari konseling karir yaitu memilih alternaitf karir yang
tepat.
b) Penggunaan peranan model role
model , dalam teknik konselor membantu konseli dengan bertindak sebagai
model atau dengan menyediakan model peran terhadap mereka. Dengan menggambarkan
cara membuat keputusan yang tepat dan strategi pembuatan keputusan yang
efektif, konselor menjadi model peran bagi konseli.
c) Simulasi simulation kegiatan ini
dapat membantu klien dalam memsimulasikan suatu pengalaman karir.
Krumboltz
dan Hammer (Sharf, 1992:286-296) mengatakan ada tujuh langkah dalam pengambilan
keputusan karir yang disingkat dalam kata DECIDES, Yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah ( define the
problem ). Tahap ini bukan hanya bertujuan untuk memperjelas masalah konseli
dengan konselor tapi juga mencapai kesepakatan bersama yang saling
menguntungkan.
b. Membuat rencana kegiatan ( establish an
action plan). Tahap ini terdiri dari
seluruh uraian dalam menentukan proses, konseli tidak hanya membuat resolusi
karir, tetapi juga belajar menentukan pembuatan proses yang akan dilakukan.
c. Mengklarifikasi nilai (clarify values).
Pada langkah ini konselor dapat mendiskusikan nilai konselinya dengan belajar
dari pengalaman yang lalu, membandingkan nilai tes dengan pengalaman nyata
didalam pekerjaannya.
d. Mengidentifikasi pilihan ( identify
alternatives). Untuk mengidentifikasi pilihan konselor dan konseli memerlukan penilaian
diri, penelitian turunan tentang kepentingan dan kedudukan, selebaran dan
pengalaman.
e. Mengetahui dampak-dampak masalah (
discover probable outcomes). Dalam proses menemukan kemungkinan ( autcomer),
para konselor harus sangat hati-hati dan tidak memberikan pengaruh lebih kepada
konseli ( outcomer ) yang akan dicapai.
f. Mengeliminasi beberapa alternative
secara sistematis ( eliminate alternatife systematically). Krumboltz dan Hammer (Sharf, 1992-1997)
mengelompokan berbagai alternatif yang mempunyai kesamaan karakter dan kemudian
menghapus alternatif terakhir jika
individu tidak dapat memutuskan antara dua pilihan, Krumboltz dan Hammer
melanjutkan dengan melihat perbedaan antara alternatif-alternatif.
g. Mulai bertindak ( start action ) ketika
pilihan telah dibuat, kemudian individu mulai menentukan langkah konkrit untuk
mencapai tujuan pekerjaannya.
Pendekatan
belajar sosial terhadap teori perkembangan karir (Social Learning Approaches To
Career Development Theory) tidak begitu mengutamakan testing dalam proses
konseling karir, tetapi merupakan bagaian penting dari beberapa teori
perkembangan karir lainnya. Menurut pendekatan ini keyakinan konseli individu adalah bagian integral dari proses
pembuatan keputusan karir. Career Belirf Inventory (CBI) sangat membantu dalam
kelancaran pembuatan keputusan karir.
2.3. Kepribadian dan Budaya Pengaruh pada Sosial Variabel Karir
Kognitif
Bahwa perilaku tertentu akan membawa hasil tertentu,
tetapi tidak percaya
bahwa ia memiliki kemampuan untuk berhasil melakukan perilaku. Sebagaimana
dibahas sebelumnya, self-efficacy merupakan penentu perilaku yang lebih kuat
dari ekspektasi hasil. Bandura (1986) lebih lanjut menambahkan bahwa
self-efficacy espectations bertindak moderator untuk harapan hasil. Misalnya,
jika perilaku yang diberikan diketahui untuk membawa hasil yang diinginkan,
tetapi individu merasa dia tidak dapat melakukan itu perilaku, individu mungkin
tidak akan terlibat atau mengikuti perilaku tersebut. Hasil harapan beroperasi
dengan self-efficacy keyakinan untuk memprediksi minat karir, pilihan, dan
perilaku (Prapaskah et al, 1993). Seperti keyakinan self-efficacy, ekspektasi
hasil yang dipengaruhi oleh sumber pengalaman serupa informasi keberhasilan. Individu
“penilaian dari kemungkinan konsekuensi dari tindakan yang diinformasikan oleh
hasil ekstrinsik prestasi kinerja sebelumnya, mengamati hasil orang lain'” kegiatan,
mendengarkan rekening orang ketiga dari hadiah mungkin, dan mengingat setiap
negara fisiologis atau emosional.
Hal
utama sumber motivasi adalah konsep tujuan pribadi atau
tindakan. Tujuan
tersebut didefinisikan sebagai tekad untuk terlibat dalam kegiatan tertentu
atau untuk mempengaruhi hasil masa depan tertentu (Prapaskah et al, 1994., P.
85). Menurut Lent et al. (1994), tindakan, pilihan, atau tujuan pribadi, dimediasi
oleh kepentingan karir. Seorang
individu pertama harus mengembangkan
minat sebelum membuat pilihan atau mengembangkan tujuan.Self-efficacy keyakinan dan harapan hasil yang dihasilkan
dari pengalaman belajar menginformasikan perkembangan bunga yang, pada
gilirannya, menyebabkan tindakan atau tujuan pribadi. Kemampuan untuk
menetapkan tujuan menunjukkan bahwa orang memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam tindakan terarah dan self-directed (Prapaskah et al., 1994).
Bandura (1997) individu tidak hanya dilihat sebagai
produk dari konteks sosial mereka, tetapi juga produsen dari mereka. SCCT nya
menyoroti "situasi dan domain-spesifik sifat perilaku, aspek yang relatif
dinamis dari sistem diri, dan sarana yang memungkinkan individu menjalankan hak
pribadi" (Prapaskah et al, 1994., P. 82). Bandura (1989) menambahkan bahwa
orang menarik pada kognisi mereka, efek, keterampilan perilaku, dan lingkungan
dalam mengambil keputusan. Selain itu, orang memantau dan mengevaluasi hasil
kognisi mereka, efek, keterampilan perilaku, dan lingkungan dalam mengambil
keputusan. Selain itu, orang memantau dan mengevaluasi hasil dari tindakan
mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk merumuskan rencana masa depan. Menerapkan teori sosial kognitif
Bandura ke daerah pilihan karir dan preferensi menyebabkan teori cognitivecarrer sosial, dan seperti yang diusulkan oleh
Prapaskah, et al. (1994) menyarankan sebagai kerangka yang solid untuk memahami
perkembangan karir.
Sosial Kognitif Teori CarrerBetz dan Hackett (1981) yang
pertama kali memperkenalkan konstruk keyakinan self-efficacy untuk memahami
pengembangan karir perempuan. Mereka mendefinisikan carrer self-efficacy
sebagai penilaian keberhasilan pribadi dalam hubungannya dengan berbagai
perilaku yang terlibat dalam Chois karir dan penyesuaian. Carrer self-efficacy
teori (Betz & Hackett, 1981) mengusulkan bahwa carrer self-efficacy bermain
sebagai bagian penting dari pengembangan karir individu. Kognitif Sosial Karir
Teori (SCCT), pengembangan oleh Prapaskah, Brown, dan Hackett (1994, 1996), berasal
dari teori sosial kognitif Bandura dan juga perpanjangan Betz dan Hackett s
(1981) aplikasi self-efficacy teori.
2.4 Psikologi Konseling
Sosial kognitif
karir teori (SCCT, Prapaskah, coklat, & Hackett, 1994, 2000) telah
menghasilkan banyak penelitian dalam beberapa tahun terakhir. (1197) Teori
Bandura harapan self efficacy diperkenalkan ke literatur karir dengan Hackett
dan Betz (1981) dan selanjutnya dihasilkan dan model kognitif sosial yang
komprehensif pengembangan bunga, pembuatan pilihan, dan kinerja. Teori ini
mencakup beberapa blok bangunan, dimulai dengan tiga "variabel orang"
self-efficacy keyakinan, harapan hasil, dan tujuan pribadi yang berasal dari (
teori Bandura, 1986).
Harapan efikasi
diri adalah "penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan
melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai jenis ditunjuk
kinerja" (Bandura, 1986, p.391). harapan hasil mengacu pada keyakinan
tentang hasil atau konsekuensi tertentu, perilaku, dan tujuan pribadi niat
untuk terlibat dalam kegiatan tertentu atau untuk bekerja
tujuan
tertentu. Tujuan pribadi termasuk "tujuan konten pilihan yaitu, jenis
kegiatan atau karir yang keinginan individu untuk mengejar dan tujuan kinerja,
tingkat atau kualitas kinerja rencana individu untuk mencapai '(Lent2005,
p.105). Model juga termasuk variabel - variabel demografis seperti gender dan
etnis, variabel traitlike tradisional seperti kemampuan diukur dan nilai-nilai
dan "affordances latar belakang kontekstual" (qualitites lingkungan,
didefinisikan secara luas) untuk menentukan kualitas pengalaman belajar yang
membentuk efikasi diri dan harapan hasil. Efiicacy dan hasil harapan yang
didalilkan untuk berhubungan satu sama lain dan untuk mempengaruhi perkembangan
bunga, kepentingan, bersama dengan harapan keberhasilan dan hasil, tujuan
mempengaruhi pilihan, dan semua empat dari tindakan pilihan pengaruh mantan.
Faktor-faktor kontekstual proksimal (mendukung lingkungan dan hambatan dekat
titik pembuatan pilihan) juga mempengaruhi tujuan pilihan dan tindakan.
Akhirnya, tindakan pilihan yang mendalilkan mempengaruhi kinerja dan pencapaian
domain, termasuk stabilitas pilihan dari waktu ke waktu.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
teori karir kognitif sosial, minat karir dibentuk melalui pengalaman langsung atau
berkesan yang menyediakan peluang bagi individu untuk berlatih, menerima umpan
balik dan mengembangkan keterampilan yang mengarahkan efikasi personal dan
harapan dari hasil yang memuaskan (Lent, Brown and Hackett dalam Farzier and
Niehm, 2008).
Dalam
teori ini menjelaskan bagaimana suatau pengalaman yang dialaminya adalah sebuah
harapan yang dimana nanti akan tumbuah sebuah peluang dan harapan-harapan
individu dalam mengejar suatu karir, diaman orang dapat mengembangkan karir
mereka, tapi dibalik karir yang dimilikinya seorang setidaknya harus memiliki
ketrampilan-ketrampilan yang dapat mendukung karirnya. Seorang individu pertama harus mengembangkan minat sebelum
membuat pilihan atau mengembangkan tujuan. Minat adalah sumber motivasi diri, atau sebuah perencanaan yang dapat
membuat dirinya lebih bersemangat dan berkesan untuk mengembangkan karir yang
dimilikinya. Ada sebuah self-efficacy yang dimiliki dapat membantu individu.
Menurut psikolog Albert Bandura, self-efficacy adalah keyakinan kita dalam
kemampuan kita untuk berhasil dalam situasi tertentu. Konsep
memainkan peran utama dalam teori belajar sosial Bandura, yang berfokus pada bagaimana kepribadian dibentuk oleh pengalaman
sosial dan pembelajaran observasional. Rasaself-efficacy
memiliki pengaruh besar pada bagaimana anda mendekati tantangan dan tujuan.
Ketika dihadapkan dengan tantangan, apakah
anda percaya bahwa anda dapat berhasil atau anda yakin bahwa anda akan gagal?
Orang dengan kuat self-efficacy adalah mereka yang percaya
bahwa mereka mampu melakukan dengan baik. Orang-orang
ini lebih cenderung untuk melihat tantangan sebagai sesuatu yang harus dikuasai,
bukan dihindari.
Pendekatan
Belajar Sosial Terhadap Teori
Perkembangan Karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory)
menekankan pada pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir.
Pembuatan keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses
pembelajaran sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan
(significant other), hal-hal yang penting lainnya. Dalam mengmbil keputusan
individu dapat mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada
disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan individu,
maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi sebuah perilaku.
Menurut
Mitchell dan Krumboltz (Manrihu, 1985; Sharf, 1992) ada empat kategori
faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karir, yaitu:
1. Bawaan genetik dan
kemampuan—kemampuan khusus
2. Kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa
lingkungan
3. Pengalaman-pengalaman belajar
4. Keterampilan-keterampilan dalam
menghadapi tugas
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Gladding, Samuel T.2012. Konseling Profesi Yang
Menyeluruh. Jakarta :Indeks
Suherman AS., Uman, (2007). Komseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung: Bimbingan dan
Konseling Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Robert L. Gibson, Marianne H. Mitchell. Bimbingan
dan Konseling . Yogyakarta . 2011. Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar