Senin, 16 Desember 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini kita hidup dalam dunia yang kompleks, sibuk, dan terus berubah. Hal tersebut membuat beberapa masalah, khususnya dalam dunia karir. Dalam dunia karir masalah-masalah yang muncul banyak dialami oleh banyak orang, misalnya masalah dalam pemilihan pekerjaannya, yang selayak sebagai pegangan untuk kehidupannya, belum adanya suatu ketetapan pemilihan karir yang tepat, masalah bingung atas suatu pekerjaannya. Hal tersebut membuat beberapa masalah yang dapat menggagu dalam proses karirnya.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam dunia karir, salah satu di antaranya adalah dengan memberikan berbagai lapangan pekerjaan yang secara layak, serta memberikan suatu motivasi maupun arahan serta solusi yang tepat untuk proses pemilihan karirnya nanti. Permasalahan-permasalahan dalam dunia karir bahkan tiap orang berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan solusi yang berbeda pula sehingga beberapa teori-teori tentang karir kini bermunculan, dari berbagai aspek maupun lingkungan yang berbeda-beda pula.
Dalam melakukan suatu hal untuk proses pekerjaan karir tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, maka dari itu muncul istilah konselor, maupun orang yang ahli tentang suatu pekerjaan karir didalam kehidupan ini. Konselor maupun para pakar lainnya memberikan solusi  serta pemahaman teori-teori yang dapat menunjang pada masalah-masalah yang diharapkan dapat membantu dalam dunia karir, bagaimanapun orang membutuhkan sebuah pekerjaan yang selayaknya yang bisa mencukupi dan mampu untuk kebutuhan hidupnya.
Tapi konselorpun harus mengerti mengenai teori dalam karir ini, dimana karir menyangkut dengan berbagai  aspek sosial, teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini peranan kepribadian seseorang sangat penting dan membantu dalam proses karirnya, dimana aspek sosial berhubungan dengan karir seseorang, hal ini agar konselor mampu untuk mengatasi masalah dengan cara yang tepat yang sesuai dengan teori-teori maupun landasan dalam kehidupan sosial.
Maka dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai sosial teori kognitif karir Diharapkan dengan makalah ini, maka pembaca akan mampu mengerti, memahami, dan mengaplikasikan apa yang ada dalam makalah ini.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Karir Kognitif Sosial
Teori karir kognitif sosial,pertama kali di publikasikan pada tahun 1994 dan telah memberikan dampak yang besar mengenai permasalahan karir. Teori ini munculdari penelitian awal Albert Bandura dan penekanannya pada model triadik atau harmoni mutual fundamental, yang menganggap bahwa atribut, lingkungan dan perilaku yang tampak, saling bersinggungan dalam keterkaitan dua arah (Samuel T. Glading, 2012, pg 415)
Proposisi dari SCCT yang paling utama adalah sebagai berikut :
1.      Interaksi antara orang dalam lingkungannya sangatlah dinamis ( misalnya mereka saling mempengaruhi )
2.      Perilaku yang berhubungan dengan karir dipengaruhi oleh empat aspek dari seseorang : perilaku, efisiensi diri, hasil yang diharapkan, dan tujuan selain karakteristik yang ditemukan secara genetik.
3.      Keyakinan akan efisiensi diri dan hasil yang diharapkan berinteraksi secara langsung untuk mempengaruhi perkembangan minat.
4.      Sebagai tambahan dari hasil yang diharapkan , faktor-faktor seperti “ jenis kelamin, ras, kesehatan fisik, dan variabel lingkungan mempengaruhi perkembangan efisiensi diri”.
5.      Pilihan karir aktual dan penerapannya dipengaruhi oleh sejumah variabel yang langsung dan tidak langsung selain efsiensi diri, harapan, dan tujuan  misalnya diskriminasi, veriabel ekonomi, dan kesempatan yang terjadi. 6.
6.      Semua sederajat, orang dengan tindak kemampuan tinggi dan keyakinan efisiensi diri yang terkuat mempunyai performa yang juga sangat tinggi (Samuel T. Glading, 2012, pg 415)


Salah satu asumsi penting lainnya dari SCCT adalah bahwa “efisiensi diri dan minat saling berhubungan” dan minat dapat dikembangkan dan diperkuat dengan menggunakan pemodelan, dukungan, dan yang paling kuat, dengan memperkuat performa. Oleh karena itu, kelompok-kelompok klien seperti wanita(minoritas) yang mempunyai sedikit kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktifitas tertentu karena diskriminasi jenis kelamin, dapat mengambil keuntungan dari penerapan teori Brown.
Teori karir kognitif sosial dapat digunakan pada sejumlah lingkungan. Sebagai contoh, dapat digunakan kepada remaja pedesaan guna membantu mereka mengembangkan, mengubah dan mengejar karir yang diminatinya (Samuel T. Glading, 2012, pg 416). Teori ini juga dapat digunakan sebagai siswa Unversitas generasi pertama yang membutuhkan informasi yang akan digunakan melawan kepercayaan tidak benar yang mereka punyai .Secara keseluruhan interfensi berdasarakan SCCT adalah membahas baik variabel intraindividual maupun kontekstual dalam perkembangan karir.
(Krumboltz dan Samuel T. Glading , 2012) telah merumuskan suatu pendekatan pengembangan karir yang sama lengkapnya tetapi kurang mengarah ke kognitif-sosial. Dia menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi pilihan karir seseorang :
a)      Keturunan genetik
b)      Kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan
c)      Pengalaman belajar
d)     Kemampuan pendekatan tugas ( misalnya nilai-nilai, kebiasaan kerja )
Merurut Krumboltz, keputusan karir dikendalikan oleh proses internal, dan eksternal. Ada pembelajaran berkelanjutan yang menghasilkan apa yang disebut Krumboltz :
a.      Generalisasi observasi diri, sebagai pernyataan diri yang terbuka maupun tertutup terhadap evaluasi yang mungkin benar atau mungkin tidak benar.
b.      Keahlian pendekatan tugas, upaya seseorang untuk memproyeksikan generalisasi pernyataan dirimereka ke-masa depan dengan tujuan untuk memprediksi peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
c.       Tindakan, penerapan dari perilaku, seperti melamar pekerjaan.
Secara keseluruhan, kekuatan teori Kumboltz adalah bahwa teori tersebut memandang orang sebagai individu yang memiliki kemampuan, untuk mengendalikan peristiwa - peristiwa yang mereka anggap memberikan kekuatan tambahan. Sementara dunia dan manusia berubah, orang dapat belajar memanfaatkan kesempatan pembelajaran yang ada dan membuat keputusan karir dengan tepat. Kesimpulannya adalah, menjelaskan pendekatan dinamik terhadap konseling karir yang dapat diterapkan pada pria maupun wanita, seperti halnya pada rasdan etnis minoritas yang mempunyai perspektif individual.

2.2 Teori Belajar Sosial
Pendekatan Belajar Sosial  Terhadap Teori Perkembangan Karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory) menekankan pada pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir. Pembuatan keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses pembelajaran sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan (significant other). Dalam mengambil keputusan individu dapat mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan individu, maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi sebuah perilaku. Kombinasi antara hereditas, lingkungan, sejarah, atau pengalaman belajar dan pendekatan keterampilan atau keahlian adalah hal yang patut diperhatikan dalam pembuatan keputusan karir.
Bandura, Hackett, dan Bitz (Osipow, 1983) berpendapat bahwa keputusan yang tepat tentang kemampuan diri sendiri biasanya diperoleh melalui perbandingan  gambaran kemampuan yang satu dengan kemampuan yang lain. Okiishi (1987) berasumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yang berarti (significant other) terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan karir. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan (pembelajaran sosial) dalam pengambilan keputusan karir individu ( Uman Suherman, 2007)
Teori belajar merupakan upaya luar biasa John Krumboltz dan C. Nichols (1990) dan rekan – rekannya untuk mengadaptasikan teori Behavioral Bandura (1977) untuk pengambilan keputusan karir. Pada tahun 1996, Mitchell dan Krumboltz menambahkan pendekatan awal teori belajar sosial  tersebut hingga mencakup nasihat kalau seluruh teori dirujuk sebagai teori belajar konseling karir (LTCC). Teori ini menyatakan kalau empat kategori faktor berpengaruh bagi pengembangan karir dan pengambilan keputusan individu. Faktor – faktor ini mencakup sebagai berikut :
1.      Bawaan genetik dan bakat istimewa.
2.      Kondisi lingkungan dan kejadian.
3.      Pengalaman belajar.
4.      Keterampilan pendekatan tugas.
Menurut Mitchell dan Krumboltz (Manrihu, 1985; Sharf, 1992) ada empat kategori faktor  yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir, yaitu:
1.      Bawaan genetik dan kemampuan - kemampuan khusus
2.      Kondisi - kondisi dan peristiwa - peristiwa lingkungan
3.      Pengalaman - pengalaman belajar
4.      Keterampilan - keterampilan dalam menghadapi tugas
Menurut Krumboltz  dan Baker (Munadir, 1996: 101) kemampuan - kemampuan yang penting dalam pengambilan keputusan karir, adalah sebagai berikut:
1.      Mengenai situasi keputusan yang penting;
2.      Menentukan keputusan apa atau tugas yang dikelola dan yang realitas;
3.      Memeriksa dan menilai secara cermat dan generalisasi observasi diri dan generalisasi pandangan atas  dunia;
4.      Menyusun alternatif-alternatif  yang luas dan beragam;
5.      Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu;
6.      Menentukan sumber informasi yang handal, cermat dan relevan; dan
7.      Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan (Gibson Robert L, 2011).
Ada tiga prosedur / teknik perlaku konselor yang di ambil dari pendekatan belajar sosial terhadap teori perkembangan karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory) dalam proses konseling karir (Crites,1986) yaitu :
a)      Penguatan reinforcement , dalam teknik ini konselor membantu klien dalam hal penyelesaian tujuan dari konseling karir yaitu memilih alternaitf karir yang tepat.
b)      Penggunaan peranan model  role model , dalam teknik konselor membantu konseli dengan bertindak sebagai model atau dengan menyediakan model peran terhadap mereka. Dengan menggambarkan cara membuat keputusan yang tepat dan strategi pembuatan keputusan yang efektif, konselor menjadi model peran bagi konseli.
c)      Simulasi simulation  kegiatan ini dapat membantu klien dalam memsimulasikan suatu pengalaman karir.
Krumboltz dan Hammer (Sharf, 1992:286-296) mengatakan ada tujuh langkah dalam pengambilan keputusan karir yang disingkat dalam kata DECIDES, Yaitu :
a.       Mengidentifikasi masalah ( define the problem ). Tahap ini bukan hanya bertujuan untuk memperjelas masalah konseli dengan konselor tapi juga mencapai kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.
b.      Membuat rencana kegiatan ( establish an action plan).  Tahap ini terdiri dari seluruh uraian dalam menentukan proses, konseli tidak hanya membuat resolusi karir, tetapi juga belajar menentukan pembuatan proses yang akan dilakukan.
c.       Mengklarifikasi nilai (clarify values). Pada langkah ini konselor dapat mendiskusikan nilai konselinya dengan belajar dari pengalaman yang lalu, membandingkan nilai tes dengan pengalaman nyata didalam pekerjaannya.
d.      Mengidentifikasi pilihan ( identify alternatives). Untuk mengidentifikasi pilihan konselor dan konseli memerlukan penilaian diri, penelitian turunan tentang kepentingan dan kedudukan, selebaran dan pengalaman.
e.       Mengetahui dampak-dampak masalah ( discover probable outcomes). Dalam proses menemukan kemungkinan ( autcomer), para konselor harus sangat hati-hati dan tidak memberikan pengaruh lebih kepada konseli ( outcomer ) yang akan dicapai.
f.       Mengeliminasi beberapa alternative secara sistematis ( eliminate alternatife systematically).  Krumboltz dan Hammer (Sharf, 1992-1997) mengelompokan berbagai alternatif yang mempunyai kesamaan karakter dan kemudian menghapus alternatif  terakhir jika individu tidak dapat memutuskan antara dua pilihan, Krumboltz dan Hammer melanjutkan dengan melihat perbedaan antara alternatif-alternatif.
g.      Mulai bertindak ( start action ) ketika pilihan telah dibuat, kemudian individu mulai menentukan langkah konkrit untuk mencapai tujuan pekerjaannya.
Pendekatan belajar sosial terhadap teori perkembangan karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory) tidak begitu mengutamakan testing dalam proses konseling karir, tetapi merupakan bagaian penting dari beberapa teori perkembangan karir lainnya. Menurut pendekatan ini keyakinan konseli  individu adalah bagian integral dari proses pembuatan keputusan karir. Career Belirf Inventory (CBI) sangat membantu dalam kelancaran pembuatan keputusan karir.

2.3. Kepribadian dan Budaya Pengaruh pada Sosial Variabel Karir Kognitif

Bahwa perilaku tertentu akan membawa hasil tertentu, tetapi tidak percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk berhasil melakukan perilaku. Sebagaimana dibahas sebelumnya, self-efficacy merupakan penentu perilaku yang lebih kuat dari ekspektasi hasil. Bandura (1986) lebih lanjut menambahkan bahwa self-efficacy espectations bertindak moderator untuk harapan hasil. Misalnya, jika perilaku yang diberikan diketahui untuk membawa hasil yang diinginkan, tetapi individu merasa dia tidak dapat melakukan itu perilaku, individu mungkin tidak akan terlibat atau mengikuti perilaku tersebut. Hasil harapan beroperasi dengan self-efficacy keyakinan untuk memprediksi minat karir, pilihan, dan perilaku (Prapaskah et al, 1993). Seperti keyakinan self-efficacy, ekspektasi hasil yang dipengaruhi oleh sumber pengalaman serupa informasi keberhasilan. Individu “penilaian dari kemungkinan konsekuensi dari tindakan yang diinformasikan oleh hasil ekstrinsik prestasi kinerja sebelumnya, mengamati hasil orang lain'” kegiatan, mendengarkan rekening orang ketiga dari hadiah mungkin, dan mengingat setiap negara fisiologis atau emosional.
Hal utama sumber motivasi adalah konsep tujuan pribadi atau tindakan. Tujuan tersebut didefinisikan sebagai tekad untuk terlibat dalam kegiatan tertentu atau untuk mempengaruhi hasil masa depan tertentu (Prapaskah et al, 1994., P. 85). Menurut Lent et al. (1994), tindakan, pilihan, atau tujuan pribadi, dimediasi oleh kepentingan karir. Seorang individu pertama harus mengembangkan minat sebelum membuat pilihan atau mengembangkan tujuan.Self-efficacy keyakinan dan harapan hasil yang dihasilkan dari pengalaman belajar menginformasikan perkembangan bunga yang, pada gilirannya, menyebabkan tindakan atau tujuan pribadi. Kemampuan untuk menetapkan tujuan menunjukkan bahwa orang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam tindakan terarah dan self-directed (Prapaskah et al., 1994).
Bandura (1997) individu tidak hanya dilihat sebagai produk dari konteks sosial mereka, tetapi juga produsen dari mereka. SCCT nya menyoroti "situasi dan domain-spesifik sifat perilaku, aspek yang relatif dinamis dari sistem diri, dan sarana yang memungkinkan individu menjalankan hak pribadi" (Prapaskah et al, 1994., P. 82). Bandura (1989) menambahkan bahwa orang menarik pada kognisi mereka, efek, keterampilan perilaku, dan lingkungan dalam mengambil keputusan. Selain itu, orang memantau dan mengevaluasi hasil kognisi mereka, efek, keterampilan perilaku, dan lingkungan dalam mengambil keputusan. Selain itu, orang memantau dan mengevaluasi hasil dari tindakan mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk merumuskan rencana masa depan. Menerapkan teori sosial kognitif Bandura ke daerah pilihan karir dan preferensi menyebabkan teori cognitivecarrer sosial, dan seperti yang diusulkan oleh Prapaskah, et al. (1994) menyarankan sebagai kerangka yang solid untuk memahami perkembangan karir.
Sosial Kognitif Teori CarrerBetz dan Hackett (1981) yang pertama kali memperkenalkan konstruk keyakinan self-efficacy untuk memahami pengembangan karir perempuan. Mereka mendefinisikan carrer self-efficacy sebagai penilaian keberhasilan pribadi dalam hubungannya dengan berbagai perilaku yang terlibat dalam Chois karir dan penyesuaian. Carrer self-efficacy teori (Betz & Hackett, 1981) mengusulkan bahwa carrer self-efficacy bermain sebagai bagian penting dari pengembangan karir individu. Kognitif Sosial Karir Teori (SCCT), pengembangan oleh Prapaskah, Brown, dan Hackett (1994, 1996), berasal dari teori sosial kognitif Bandura dan juga perpanjangan Betz dan Hackett s (1981) aplikasi self-efficacy teori.
2.4 Psikologi Konseling
Sosial kognitif karir teori (SCCT, Prapaskah, coklat, & Hackett, 1994, 2000) telah menghasilkan banyak penelitian dalam beberapa tahun terakhir. (1197) Teori Bandura harapan self efficacy diperkenalkan ke literatur karir dengan Hackett dan Betz (1981) dan selanjutnya dihasilkan dan model kognitif sosial yang komprehensif pengembangan bunga, pembuatan pilihan, dan kinerja. Teori ini mencakup beberapa blok bangunan, dimulai dengan tiga "variabel orang" self-efficacy keyakinan, harapan hasil, dan tujuan pribadi yang berasal dari ( teori Bandura, 1986).
Harapan efikasi diri adalah "penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai jenis ditunjuk kinerja" (Bandura, 1986, p.391). harapan hasil mengacu pada keyakinan tentang hasil atau konsekuensi tertentu, perilaku, dan tujuan pribadi niat untuk terlibat dalam kegiatan tertentu atau untuk bekerja tujuan tertentu. Tujuan pribadi termasuk "tujuan konten pilihan yaitu, jenis kegiatan atau karir yang keinginan individu untuk mengejar dan tujuan kinerja, tingkat atau kualitas kinerja rencana individu untuk mencapai '(Lent2005, p.105). Model juga termasuk variabel - variabel demografis seperti gender dan etnis, variabel traitlike tradisional seperti kemampuan diukur dan nilai-nilai dan "affordances latar belakang kontekstual" (qualitites lingkungan, didefinisikan secara luas) untuk menentukan kualitas pengalaman belajar yang membentuk efikasi diri dan harapan hasil. Efiicacy dan hasil harapan yang didalilkan untuk berhubungan satu sama lain dan untuk mempengaruhi perkembangan bunga, kepentingan, bersama dengan harapan keberhasilan dan hasil, tujuan mempengaruhi pilihan, dan semua empat dari tindakan pilihan pengaruh mantan. Faktor-faktor kontekstual proksimal (mendukung lingkungan dan hambatan dekat titik pembuatan pilihan) juga mempengaruhi tujuan pilihan dan tindakan. Akhirnya, tindakan pilihan yang mendalilkan mempengaruhi kinerja dan pencapaian domain, termasuk stabilitas pilihan dari waktu ke waktu.







BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan teori karir kognitif sosial, minat karir dibentuk melalui pengalaman langsung atau berkesan yang menyediakan peluang bagi individu untuk berlatih, menerima umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang mengarahkan efikasi personal dan harapan dari hasil yang memuaskan (Lent, Brown and Hackett dalam Farzier and Niehm, 2008).
Dalam teori ini menjelaskan bagaimana suatau pengalaman yang dialaminya adalah sebuah harapan yang dimana nanti akan tumbuah sebuah peluang dan harapan-harapan individu dalam mengejar suatu karir, diaman orang dapat mengembangkan karir mereka, tapi dibalik karir yang dimilikinya seorang setidaknya harus memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat mendukung karirnya. Seorang individu pertama harus mengembangkan minat sebelum membuat pilihan atau mengembangkan tujuan. Minat adalah sumber motivasi diri, atau sebuah perencanaan yang dapat membuat dirinya lebih bersemangat dan berkesan untuk mengembangkan karir yang dimilikinya. Ada sebuah self-efficacy yang dimiliki dapat membantu individu.
Menurut psikolog Albert Bandura, self-efficacy adalah keyakinan kita dalam kemampuan kita untuk berhasil dalam situasi tertentu. Konsep memainkan peran utama dalam teori belajar sosial Bandura, yang berfokus pada bagaimana kepribadian dibentuk oleh pengalaman sosial dan pembelajaran observasional. Rasaself-efficacy memiliki pengaruh besar pada bagaimana anda mendekati tantangan dan tujuan. Ketika dihadapkan dengan tantangan, apakah anda percaya bahwa anda dapat berhasil atau anda yakin bahwa anda akan gagal? Orang dengan kuat self-efficacy adalah mereka yang percaya bahwa mereka mampu melakukan dengan baik. Orang-orang ini lebih cenderung untuk melihat tantangan sebagai sesuatu yang harus dikuasai, bukan dihindari.
Pendekatan Belajar Sosial  Terhadap Teori Perkembangan Karir (Social Learning Approaches To Career Development Theory) menekankan pada pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir. Pembuatan keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses pembelajaran sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan (significant other), hal-hal yang penting lainnya. Dalam mengmbil keputusan individu dapat mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan individu, maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi sebuah perilaku.
Menurut Mitchell dan Krumboltz (Manrihu, 1985; Sharf, 1992) ada empat kategori faktor  yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir, yaitu:
1.      Bawaan genetik dan kemampuan—kemampuan khusus
2.      Kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa lingkungan
3.      Pengalaman-pengalaman belajar
4.      Keterampilan-keterampilan dalam menghadapi tugas












BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T.2012. Konseling Profesi Yang Menyeluruh. Jakarta :Indeks
Suherman AS., Uman, (2007). Komseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung: Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Robert L. Gibson, Marianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling . Yogyakarta . 2011. Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar